Tambahkan sedikit baking soda untuk memberikan dimensi baru pada struktur kue. Setelah itu, terigu menjadi tamu kehormatan, bergabung dengan adonan dalam gerakan lembut. Ini adalah saat di mana unsur-unsur berkumpul, membentuk ikatan yang rapat, hingga tak bisa dibedakan lagi.
Baca Juga: Resep bubur srintil, di Bulukumba dikenal dengan nama 'lebo-lebo'
Namun, perjalanan ini belum selesai. Minyak, dengan kelembutan yang hanya dimiliki oleh yang penuh kasih, dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam percampuran. Ia menghubungkan setiap potongan menjadi kesatuan yang utuh. Lalu, gula merah yang telah disisir lembut datang bergabung, menambahkan jejak kecintaan dalam tiap sentuhan. Aduk rata, seperti merangkai kenangan dalam harmoni yang sempurna, lalu tuangkan dalam cetakan.
Kue ini membutuhkan waktu dalam api untuk mengubahnya menjadi keajaiban yang siap dihidangkan. Di atas tungku yang dinyalakan dengan arang, ia mengalami transformasi. Proses memasak adalah perjalanan terakhir dalam rangkaian ini. Dalam hembusan angin yang semilir, aroma kue yang semakin kuat mulai menyebar. Seperti sebuah simfoni rahasia yang hanya bisa dirasakan oleh pencinta-pencinta cita rasa.
Akhirnya, saat yang dinanti tiba. Kue telah matang dengan keindahan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dari luar, ia terlihat dengan warna yang karamel dan keemasan. Namun, yang lebih penting adalah pengalaman yang ditawarkannya.
Ini adalah kisah tentang bagaimana sebuah kue bisa menjadi pencerita, mengenang rasa dan pengalaman dari masa lalu. Melalui setiap langkah, setiap bahan, dan setiap sentuhan, kita membawa cita rasa tradisi dalam setiap gigitan. Selamat mencoba, dan semoga kue bolu paranggi ini tidak hanya memuaskan lidah, tetapi juga merangkul hati.***