Kolaborasi esai penggiat literasi Bulukumba dalam buku 'Sabda Teknologi'

- 2 November 2022, 14:46 WIB
Buku Sabda Teknologi yang diterbitkan Rumah Buku, sebuah penerbit yang didirikan oleh sebuah komunitas literasi di Bulukumba.
Buku Sabda Teknologi yang diterbitkan Rumah Buku, sebuah penerbit yang didirikan oleh sebuah komunitas literasi di Bulukumba. /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Sekumpulan esai datang mengalir dari dua penulis Bulukumba.

Terhimpun dalam sebuah kolaborasi apik, dua penulis muda Bulukumba yang juga penggiat literasi ini, Musakkir Basri dan Nur' Ain, membukukan esai-esai mereka yang diterbitkan Rumah Buku pada November 2022.

Buku 'Sabda Teknologi' adalah serentetan kegelisahan yang dituangkan dalam bentuk teks mereka terhadap perlawanan gerakan literasi pada era digital.

Baca Juga: Puisi empat penyair Bulukumba terpilih masuk antologi 'Wasiat Botinglangi' 100 penyair Indonesia

Meskipun sejatinya era digital bukanlah musuh melainkan kawan yang hanya harus dipahami.

Esai-esai dalam buku 'Sabda Teknologi' lantas menukik ke pencerahan-pencerahan pemikiran ihwal betapa era digital dan segala pernak-pernik yang membersamainya hari ini merupakan sahabat baik bagi gerakan literasi.

Penasaran dengan isinya? Esai-esai dalam buku ini niscaya mampu bersahabat dengan Anda yang juga sedang memiliki gelisah yang sama dalam mencari titik temu perkawanan era digital dengan literasi 'konvensional'.

Baca Juga: Buku La Bungko Bungko, antologi cerita rakyat yang ditulis tangan ditemani pelita oleh pemuda Kajang Bulukumba

Titik awal yang unik dari buku ini yaitu diterbitkan oleh sebuah komunitas literasi di Bulukumba yang hadir sebagai penerbit buku, komunitas penulis sekaligus sebagai rumah baca.

Bermarkas di Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rumah Buku hadir secara komplit dalam lingkaran gerakan literasi di Bulukumba.

Musakkir Basri dalam bincang-bincang dengan WartaBulukumba.com pada Rabu, 2 November 2022 mengungkapkan bahwa buku Sabda Teknologi merupakan rilisan kehidupan manusia dengan peran ganda komputer.

Baca Juga: Buku antologi cerpen dongeng 'La Bungko Bungko', sebongkah kegelisahan Rusli Mallatong putra Kajang Bulukumba

"Beberapa aspek kelisanan mulai terkunci dengan kemunculan pusaka modernitas ini," tuturnya.

Dia mengurai tentang wajah kita yang mulai tertunduk dan menatap layar tanpa ketaksadaran diri, jika diluar sana masih ada lebih urgen: sosialisme.

Hal itu memicu penulis Bulukumba ini dalam membuat sebuah karya dengan ironi masa cerah untuk teknologi dan masa petaka untuk manusia.

Baca Juga: Buku terbaru 2021 'Hujan dan Senja yang Tak Lagi Sama', antologi prosa puitika pegiat literasi Bulukumba

"Bandingkan kehidupan klasik dengan kehidupan kontemporer. Semua beralih cepat saji bagai restoran ambiguitas," ungkapnya.

"Budaya kritis sudah tak lagi terlihat dengan komputerisasi dan teknologisme. Seakan hidup hanya tentang teknologi. Layaknya tombol enter dan kursor kehidupan," imbuhnya.

Dia mengokohkan bahwa Rumah Buku hadir ditengah masyarakat Bulukumba dan khususnya Desa Bontonyeleng sebagai wadah literasi.

"Sebab hidup tanpa karya bagai kertas tertutup rapat dalam kekosongan kata," tandasnya.

Baca Juga: Ashadi Cahyadi kembali menuang imaji pada secangkir 'Pulang'

Sekilas Rumah Buku dari pojok sejarahnya, Rumah Buku berawal dari Toko Buku Online (TBO) dan kemudian beranjak menuju Perpustakaan Rakyat.

Setelah perkembangan teknologi kian memuncak, Rumah Buku melaju sebagai penerbit buku dengan harapan warna literasi di Bumi Panritalopi bisa menjadi kiblat peradaban buku dimulai.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x