Mencegah stres dengan puasa: Cahaya Ramadhan dan ketentraman jiwa

- 2 Maret 2024, 14:33 WIB
Ilustrasi stress - Mencegah stres dengan puasa: Cahaya Ramadhan dan ketentraman jiwa:
Ilustrasi stress - Mencegah stres dengan puasa: Cahaya Ramadhan dan ketentraman jiwa: /Pixabay

Disarikan dari jurnal tentang psikologi dan kesehatan mental yang membahas efek puasa terhadap stres dan kesehatan mental, di antaranya "Journal of Psychosomatic Research" dan "Journal of Health Psychology", stres didefinisikan sebagai respons tubuh terhadap tekanan atau ancaman, baik fisik maupun mental. Dalam dosis yang wajar, stres bisa menjadi pemicu untuk bertindak dan beradaptasi. Namun, ketika stres menjadi kronis, ia bisa menimbulkan serangkaian efek negatif, mulai dari masalah tidur, kecemasan, hingga depresi.

Kehidupan modern dengan segala kompleksitasnya menyajikan sumber-sumber stres yang tak terelakkan. Tekanan di tempat kerja, harapan sosial, bahkan berita terbaru yang kita baca setiap hari, semuanya dapat menjadi pemicu. Studi menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara tuntutan hidup dan kemampuan untuk mengatasinya adalah penyebab utama stres pada era ini.

Bagaimana mungkin, dalam konteks seperti ini, sebuah tradisi berabad-abad seperti puasa Ramadhan bisa memberikan solusi? Jawabannya terletak pada pemahaman yang lebih mendalam tentang puasa dan bagaimana hal itu berinteraksi dengan pikiran dan tubuh kita.

Baca Juga: 6 tips puasa bagi penderita maag, salah satunya hindari tidur setelah makan

Puasa Ramadhan adalah solusi

Puasa, yang diwajibkan bagi umat Muslim selama bulan ini, bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, melainkan juga tentang pembersihan jiwa dan pengendalian diri.

Sejarah Ramadhan bermula dari niat untuk mendekatkan diri kepada pencipta dan refleksi diri. Namun, dampaknya terhadap kesehatan mental ternyata jauh lebih luas. Menurut beberapa studi, puasa telah terbukti memberikan efek positif pada kesehatan mental. Rutinitas sahur dan berbuka, misalnya, membantu mengatur siklus tidur dan pola makan yang lebih teratur, yang merupakan komponen kunci dalam pengelolaan stres.

Lebih dari itu, aktivitas spiritual selama Ramadhan, seperti shalat tarawih dan membaca Al-Quran, menawarkan ketenangan dan introspeksi yang mendalam. Ini menciptakan ruang bagi pemikiran dan perasaan yang lebih damai, yang seringkali hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Korelasi antara puasa dan peningkatan kesehatan mental ini tidak hanya diakui dalam lingkungan keagamaan, tetapi juga dalam penelitian psikologis. Dengan demikian, Ramadhan tidak hanya menjadi bulan spiritual, tetapi juga waktu untuk memperkuat kesehatan mental dan emosional.

Ramadhan lebih dari sekadar bulan ibadah

Menghadapi tantangan puasa Ramadhan, terutama dalam konteks modern dengan segala tekanannya, memerlukan strategi khusus untuk menjaga kesehatan mental. Para ahli menyarankan beberapa pendekatan praktis yang bisa diadopsi.

Pertama, penting untuk menjaga pola tidur yang baik. Tidur yang cukup dan berkualitas selama bulan puasa sangat krusial. Ini berarti menyesuaikan jadwal tidur agar tetap mendapatkan istirahat yang cukup, meskipun harus bangun lebih awal untuk sahur.

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah