Mengulik fakta kawasan wisata Tanjung Bira: Salah satunya adalah Titik Nol Bulukumba destinasi yang berbeda

- 14 Mei 2024, 23:07 WIB
Pantai Tanjung Bira Bulukumba
Pantai Tanjung Bira Bulukumba /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba.Com - Titik Nol Bulukumba menyulam garis cakrawala saat langit dan laut menyatukan tarian abadi. Di sini, embun mentari pertama dan senja menyapa dengan nada keemasan dan jingga, mengecat atmosfer dengan cahaya di sisi ombak yang berbisik kepada pasir putih, menyampaikan dongeng-dongeng dari dasar laut yang tak terjamah.

Tebing-tebing berdiri megah, pertautan antara mimpi dan nyata, menatap lekat pertemuan antara angan dan bumi. Titik Nol Bulukumba, sebuah epik alam yang melantunkan desir ombak yang mengusap pantai dengan lembut.

Namun, kawasan ini sempat menjadi perbincangan hangat pada  pekan lalu di media sosial bukan karena keindahannya, melainkan karena kontroversinya terkait isu pungli.

Baca Juga: Memeluk surga di Pantai Bara: Kanvas alam di dekat Pantai Tanjung Bira

Pintu Masuk yang Membawa Pertanyaan

Sebuah video viral memperlihatkan pengunjung yang memilih untuk tidak jadi memasuki area Titik Nol Bulukumba setelah melihat banyaknya pintu masuk yang harus dilalui, serta tarif yang dipandang oleh beberapa netizen sebagai tidak wajar. Video tersebut dengan cepat menyebar, mengundang berbagai spekulasi dan tuduhan tentang adanya pungutan liar.

Titik Nol Bulukumba, destinasi yang mulai dirintis oleh Pemerintah Kabupaten Bulukumba bersama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sejak tahun 2018, diharapkan menjadi magnet pariwisata baru.

Dengan fasilitas seperti area pedestarian, tebing Titik Nol, dan Jembatan Kaca, serta pemandangan matahari terbit dan terbenam yang memukau, Titik Nol dirancang untuk memanjakan mata pengunjung.

Baca Juga: Bukan cuma wisata pantai di Tanjung Bira, Bulukumba Sulsel juga punya wisata gunung yang memukau

Penjelasan resmi Pemkab Bulukumba

Pemerintah Kabupaten Bulukumba melalui Kabid Humas Diskominfo Andi Ayatullah Ahmad membantah jika pembayaran itu adalah pungli. Pintu masuk Titik Nol Bulukumba adalah portal yang dikelola secara resmi oleh Pemerintah Kabupaten Bulukumba.
 
"Itu portal resmi, bukan pungli," ungkapnya.
 
Titik Nol Bulukumba adalah destinasi wisata baru yang dibuat Pemerintah Kabupaten Bulukumba bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang dirintis sekitar tahun 2018.
 
 
Di kawasan Titik Nol Bulukumba ada beberapa fasilitas rekreasi seperti pedestarian, tebing Titik Nol dan Jembatan Kaca. Di Titik Nol pengunjung bisa melihat sunrise dan sunset karena berada di ujung selatan Pulau Sulawesi dan berhadapan langsung dengan laut Flores dan Teluk Bone.
 
Sebelumnya untuk masuk di kawasan wisata Tanjung Bira, pengunjung hanya melewati portal pintu masuk dengan membayar retribusi. Seiring dengan selesainya pembangunan destinasi Titik Nol, Pemda Bulukumba mulai memasang portal untuk retribusi masuk Titik Nol pada 19 Maret 2022. Hasil Retribusi Titik Nol ini dibagi dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
 
Pemberlakuan retribusi tersebut merupakan pelaksanaan Keputusan Bupati Bulukumba Nomor:188.45-125 Tahun 2022 Tentang Penetapan Obyek Tempat Rekreasi Lainnya dan Tarif Retribusi yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.
 
"Jadi Titik Nol itu hanya pilihan destinasi. Kalau hanya mau ke pantai pasir putih hanya sekali bayar di pintu utama," ungkapnya.
 
Kalau ada pihak yang menganggap bahwa pemerintah melakukan penarikan retribusi dobel, maka harus dipahami bahwa regulasi yang mengatur tentang wisatawan yang berkunjung di Kawasan Wisata Titik Nol itu didasari atas aturan sebagai obyek wisata lainnya, serta adanya kesepakatan bagi hasil dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
 
Namun demikian keluhan atas kebijakan portal masuk di Titik Nol itu akan dievaluasi oleh pemerintah daerah, apakah nantinya bisa diterapkan single payment atau skema lainnya tergantung hitung hitungan target PAD di kawasan Tanjung Bira.

Dalam gelombang kontroversi ini, ada harapan bahwa Titik Nol Bulukumba akan terus berkembang menjadi destinasi yang tidak hanya memanjakan mata, tapi juga dapat dikelola dengan cara yang adil dan transparan, memperkuat ikatan antara alam, masyarakat, dan wisatawan yang datang dari jauh.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah