WartaBulukumba.Com - Titik Nol Bulukumba menyulam garis cakrawala saat langit dan laut menyatukan tarian abadi. Di sini, embun mentari pertama dan senja menyapa dengan nada keemasan dan jingga, mengecat atmosfer dengan cahaya di sisi ombak yang berbisik kepada pasir putih, menyampaikan dongeng-dongeng dari dasar laut yang tak terjamah.
Tebing-tebing berdiri megah, pertautan antara mimpi dan nyata, menatap lekat pertemuan antara angan dan bumi. Titik Nol Bulukumba, sebuah epik alam yang melantunkan desir ombak yang mengusap pantai dengan lembut.
Namun, kawasan ini sempat menjadi perbincangan hangat pada pekan lalu di media sosial bukan karena keindahannya, melainkan karena kontroversinya terkait isu pungli.
Baca Juga: Memeluk surga di Pantai Bara: Kanvas alam di dekat Pantai Tanjung Bira
Pintu Masuk yang Membawa Pertanyaan
Sebuah video viral memperlihatkan pengunjung yang memilih untuk tidak jadi memasuki area Titik Nol Bulukumba setelah melihat banyaknya pintu masuk yang harus dilalui, serta tarif yang dipandang oleh beberapa netizen sebagai tidak wajar. Video tersebut dengan cepat menyebar, mengundang berbagai spekulasi dan tuduhan tentang adanya pungutan liar.
Titik Nol Bulukumba, destinasi yang mulai dirintis oleh Pemerintah Kabupaten Bulukumba bersama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sejak tahun 2018, diharapkan menjadi magnet pariwisata baru.
Dengan fasilitas seperti area pedestarian, tebing Titik Nol, dan Jembatan Kaca, serta pemandangan matahari terbit dan terbenam yang memukau, Titik Nol dirancang untuk memanjakan mata pengunjung.
Baca Juga: Bukan cuma wisata pantai di Tanjung Bira, Bulukumba Sulsel juga punya wisata gunung yang memukau
Penjelasan resmi Pemkab Bulukumba
Dalam gelombang kontroversi ini, ada harapan bahwa Titik Nol Bulukumba akan terus berkembang menjadi destinasi yang tidak hanya memanjakan mata, tapi juga dapat dikelola dengan cara yang adil dan transparan, memperkuat ikatan antara alam, masyarakat, dan wisatawan yang datang dari jauh.