TikTok menghapus konten kekerasan dan ancaman di Myanmar

- 21 Maret 2021, 16:52 WIB
Demonstran anti kudeta berlindung di barikade saat bentrokan terjadi dengan aparat Myanmar di Yangon, 16 Maret 2021.
Demonstran anti kudeta berlindung di barikade saat bentrokan terjadi dengan aparat Myanmar di Yangon, 16 Maret 2021. /Foto: Reuters/STRINGER/

WartaBulukumba - Myanmar tidak kunjung menunjukkan gelagat pulih secepatnya. Sejauh ini, jumlah para demonstran yang tewas di Myanmar sudah mencapai sekitar 200 orang. 

TikTok pun telah mengeluarkan tindakan keras dalam bentuk menghapus beberapa video awal bulan ini setelah menghadapi kenyataan meningkatnya ujaran kebencian dan ancaman di negara Myanmar.

Bukan saja PBB yang belum bergerak, Rest of World melaporkan bahwa TikTok pun tidak bergerak cukup cepat untuk menghentikan penyebaran video yang mengancam dan konten kekerasan lainnya.

Baca Juga: Pengumuman SNMPTN 2021 pada 22 Maret hanya di situs LTMPT, bukan media lain

Mengutip The Verge, Ahad 21 Maret 2021, Rest of World melaporkan bahwa tentara pemerintah di Myanmar telah memposting ratusan video ke TikTok sejak militernya merebut kekuasaan pada Februari.

Video tersebut seputar mengenai propaganda pro-pemerintah tradisional, informasi yang salah yang dimaksudkan untuk membingungkan pengunjuk rasa, hingga ancaman dari tentara dengan senjata.

"Promosi kebencian, kekerasan dan informasi yang salah sama sekali tidak memiliki tempat di TikTok," kata juru bicara perusahaan dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email ke The Verge.

Baca Juga: Memahami Linkin Park sebagai defenisi sebuah generasi pembentuk arah baru

Mengutip The Guardian, 13 Februari 2021, petugas telah berulang kali menggunakan kekerasan untuk mencoba menghancurkan protes, pria berpakaian tentara dan seragam polisi menggunakan TikTok untuk mengancam publik, meskipun pedoman aplikasi media sosial milik China melarang hasutan untuk melakukan kekerasan.

Dalam ssebuah video, seorang pria bertopeng dan memakai seragam militer lengkap menyebut pendukung pemimpin demokrasi yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, sebagai "bajingan merah", mengacu pada warna partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), dan memperingatkan: “Jangan sentuh Jenderal Min Aung Hlaing… Ini akan mengorbankan nyawa Anda. Mendengar? Anda akan mati."

Video itu diposting pada 13 Februari dan telah ditonton lebih dari 180.000 kali. 

Baca Juga: Peretas Swiss membobol Intel dan Nissan

Video lain lebih eksplisit. Pengguna Yekoko119 pada 27 Februari mengancam akan menembak dan melempar granat ke arah pendukung NLD, yang ia gambarkan sebagai "bajingan" yang "berkumpul dalam kelompok untuk menggonggong" dan "semua bisa mati".

Aksi protes terhadap Kudeta 1 Februari semakin meluas. Terbaru di Taiwan, ratusan orang dari komunitas Myanmar berunjuk rasa di Taipei tengah pada hari Ahad 21 Maret 2021 untuk mengecam kudeta 1 Februari, dikutip dari Reuters.

Taiwan adalah rumah bagi sekitar 40.000 orang yang berasal dari Myanmar, yang sebagian besar adalah etnis Tionghoa. 

Baca Juga: Xenia dan Avanza 'raib' di 'etalase' Daihatsu dan Toyota, ini pemicunya

Beberapa adalah keturunan pasukan Nasionalis yang terperangkap di Myanmar, kemudian disebut Burma, pada akhir perang saudara China pada tahun 1949. Yang lainnya datang baru-baru ini, melarikan diri dari penindasan dan sentimen anti-China.***

 

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x