WartaBulukumba - Myanmar tidak bisa langsung dikendalikan begitu saja dengan mudah oleh militer. Pasca terjadinya kudeta militer di negara tersebut di awal Februari, rakyat Myanmar pun perlahan memercikkan api kekecewaan terhadap militer.
Seperti yang terjadi pada Ahad 7 Februari 2021 di Kota Yangon. Ribuan orang tumpah ruah di jalanan kota terbesar Myanmar tersebut. Aksi besar kali ini merupakan demonstrasi hari kedua.
Masyarakat memprotes penggulingan kekuasaan sipil dan penahanan oleh junta militer terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pekan lalu.
Baca Juga: BMKG: cuaca ekstrem di 24 wilayah di Indonesia! Termasuk Sulbar
Dikutip WartaBulukumba dari Antara, Ahad 7 Februari 2021, para pengunjuk rasa di Yangon membawa balon-balon merah. Warna merah mewakili Liga Nasional Suu Kyi untuk Partai Demokrasi (NLD).
Para demonstran meneriakkan, "Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi!"
Menjelang tengah hari, ratusan orang juga berkumpul di kota pesisir Mawlamine di tenggara dan mahasiswa serta dokter berkumpul di kota Mandalay.
Baca Juga: Surati Jokowi, TP3 minta jadwal bertemu bahas pembunuhan 6 laskar FPI
Kudeta militer di Myanmar itu dikecam para pemimpin dunia juga Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.