WartaBulukumba.Com - Ada enam replika pocong Gibran dan sebuah keranda mayat Jokowi dibawa para pengunjuk rasa. Simbolisasi aksi ini sangat kuat. Enam replika pocong bertuliskan nama Gibran digunakan sebagai representasi dari perubahan drastis dalam sikap politiknya, yang dinilai oleh para pengunjuk rasa sebagai pengkhianatan terhadap PDIP.
Sementara itu, keranda mayat atas nama Jokowi disimbolkan sebagai matinya etika politik dan hilangnya keberpihakan sang presiden pada rakyat. Para pengunjuk rasa merasa bahwa dengan memberi restu pada Gibran, Jokowi telah mematikan hati nuraninya.
Koordinator Gerakan Rakyat Jogja Melawak, Yogie Prasetyo mengatakan, tindakan Gibran yang menerima pencalonan dari koalisi berbeda seolah melupakan sejarah dan tidak mengindahkan moral politik.
"Itu kecewa banget, kecuali dia sudah keluar dulu tidak apa-apa. Belum keluar dari PDIP. Itu yang membuat kecewa. Jasmerah (jangan sekali-kali melupakan sejarah) saja buat Gibran," tegas Yogie, dikutip dari Pikiran-rakyat.com pada Selasa, 24 Oktober 2023.
Terkait simbol keranda mayat Jokowi bermakna matinya etika politik dan hilangnya keberpihakan sang presiden pada rakyat.
"Jokowi memberi restu pada Gibran, keranda simbol matinya Jokowi. Jokowi kita anggap hati nuraninya mati. Jokowi tidak bersama kita lagi," kata Yogie.
"Iya (Jokowi belum nyatakan sikap). Tetapi kita sudah dengar memberikan restu kepada Gibran paling tidak itu bagi kita sebagai suatu pengkhianatan," katanya.
Baca Juga: 22 syarat minimal Capres dan Cawapres di Pilpres 2024 yang layak dipilih rakyat Indonesia