Jejak perjalanan jurnalistik lelaki kelahiran Tanjung Bira Bulukumba Wakil Ketua PWI Sulsel

- 26 September 2022, 01:47 WIB
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini.
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini. /WartaBulukumba.com

“Sudahlah, karena Bina Baru juga masih ada utang cetak di percetakan Fajar, maka sekalian dilanjutkan saja dengan kerja sama” kata Alwi Hamu kepada Usdar dan Usama.

Sejak saat itulah, di awal tahun 1992, Usdar dan Usamah Kadir menjalankan penerbitan SKU itu, Pemimpin Redaksinya adalah H.Syamsu Nur. Trutje Musila duduk dalam jajaran direksi. Awalnya, koran ini terbit sekali seminggu. Lama-lama jadi dua kali seminggu, dan pada tahun keempat, terbit dengan oplag 8.000 eksamplar. Pada saat itu koran ini berhasil menjadi mingguan terbesar di Sulsel. Lalu akhirnya menjadi Harian Berita Kota.

Athirah

Tahun 1994, KM Atirah milik M.Jusuf Kalla, diresmikan sebagai kapal pengangkut tenaga kerja ke Malaysia di pelabuhan Surabaya. Dua wartawan dari Makassar diundang mengikuti perjalanan perdana KM Atirah rute Surabaya – Johor Bahru, Malaysia Barat, yakni Usdar Nawawi dari Bina Baru dan Anto dari Harian Fajar.
Perjalanan dari Makassar - Surabaya – Johor Bahru Malaysia, merupakan perjalanan jurnalistik pertama Usdar Nawawi dalam sejarah kariernya sebagai wartawan. Yang pertama kali merasakan naik pesawat terbang , dan yang pertama kalinya pula dia naik kapal laut. Dan langsung pula menginjak tanah negeri jiran, Malaysia.

“Saya merasakan benar-benar nikmat menjadi wartawan pada masa itu ..” kenang Usdar.
Pola perjalanan ke Malaysia, yakni menumpang KM Atirah ke Johor. Lalu Usdar tinggal di Johor, sementara KM Atirah kembali ke Surabaya. Satu minggu kemudian, baru KM Atirah berlabuh di pelabuhan Johor. Karena itulah, dia leluasa selama satu minggu melihat langsung bagaimana kehidupan tenaga kerja Indonesia di Malaysia pada saat itu.

Saat turun dari kapal, Usdar was was jangan sampai rokok ji sam soe filter yang dia bawa dalam tas sebanyak 5 slof disita oleh petugas bea cukai. Kata orang, kalau ada rokok yang lebih dari sebungkus, pasti disita. Namun ketika Kapten KM Athirah memberitahu petugas di pelabuhan, bahwa Usdar adalah wartawan dari Indonesia, ternyata petugas tidak berminat lagi memeriksa tas koper milik Usdar. Rupanya, petugas bea cukai di Johor itu, grogi juga sama wartawan.

Dari hasil investigasi, ternyata di pelabuhan tersebut juga sangat rawan pungli. Daripada diliput wartawan, lebih baik loloskan saja dan tak usah diperiksa-periksa lagi.

Bikin Mitos

Tahun 1996, Usdar keluar dari Bina Baru dan menjadi Wakil Direktur Makassar Promo, anak perusahaan Fajar yang bergerak di bidang promosi (1996-1997), lalu pindah ke PT Maupa Utama milik Fajar Group (1997-1998) sebagai GM. Perusahaan ini bergerak di bidang perpajakan, tapi kemudian gulung tikar.
Usdar kemudian mencoba keluar dari Fajar Group dengan membuat surat kabar sendiri, yakni Tabloid BugisPos, tahun 1999. Saat itu, izin terbit berupa SIUPP sangat mudah diurus, maka bagi Usdar, tak ada salahnya ngurus SIUPP.

“Kalau punya koran sendiri, tak ada yang bisa memecat, kecuali Tuhan.. Memecat diri sendiri juga bisa, dengan cara buang handuk bila sudah tak mampu terbit .. “ kata Usdar, sambil ketawa.
Di akhir tahun 2009, Usdar yang punya kawan banyak dari dunia paranormal, tertarik memanfatkan mereka untuk membuat majalah khusus dunia gaib. Ternyata berhasil.

Desember 2009, majalah yang diberi nama MITOS setebal 64 halaman tersebut, telah terbit. Dan ternyata sangat diminati banyak pembaca. Cuma saja pada setiap wartawan MITOS membuat berita tentang dunia gaib, pasti bulu kuduk pada merinding.
Edisi perdana MITOS, antara lain berhasil mengungkap misteri Makam Tujua Karebosi. Padahal, sejak berabad-abad lamanya, tak ada yang bisa mengungkap rahasia di makam yang berada di tengah lapangan Karebosi tersebut. Dalam Lontara Kerajaan Gowa sekalipun, tak ada penjelasan yang cukup soal Tujua di Karebosi. Tapi kemudian Majalah MITOS di tangan Usdar yang berhasil mengungkapnya.
Dengan perjalanan panjang Usdar Nawawi menjadi wartawan selama 30 tahun, rupanya ada yang terlupa.

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x