Jejak perjalanan jurnalistik lelaki kelahiran Tanjung Bira Bulukumba Wakil Ketua PWI Sulsel

- 26 September 2022, 01:47 WIB
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini.
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini. /WartaBulukumba.com

Dia lupa menyelesaikan kuliahnya di Fak Hukum Unhas. Dia aktif kuliah cuma sampai tahun 1993. Selebihnya, dia mencari penghidupan di dunia jurnalistik, dan membiayai istrinya, Putriani Etna, yang kuliah di Fak Sospol Unhas. Sekarang, sang istri tercinta yang bekerja di lingkup Pemkot Makassar, sudah memberinya empat anak, yakni Ahmad Ainul Yaqin, Dewi Musfira, Dzill Ihzani (almarhumah), dan si bungsu, Ahmad Nurul Haq. Ketiga putra Usdar ini sudah bekerja di kantor pemerintah.


“Saya tak ingin anak-anak saya jadi wartawan. Takutnya mereka tak mampu menderita. Jadi wartawan, harus siap menderita. Kalau jadi wartawan, jangan mimpi jadi kaya. Hanya sedikit wartawan yang kaya di Indonesia. Di Sulsel, hanya Alwi Hamu yang kaya, itu pun bukan karena dia wartawan, tapi karena dia pengusaha media” kata Usdar.

Hanya saja, katanya, kalau sudah terlanjur jadi wartawan yang benar, maka akan menjadi candu. Sangat sulit meninggalkannya. Enaknya juga banyak. Wartawan bisa ke mana-mana, bisa menemui siapa saja, dan mudah berkomunikasi dengan banyak orang. Terhadap pejabat, apalagi. Berkenalan dengan mereka tak terlalu sulit, antara lain karena mereka banyak yang senang dipublikasikan.

Ada juga yang mau kenalan dengan wartawan, supaya tidak dikritik kerjanya. Tapi kadang juga ada pejabat yang sulit ditemui wartawan, misalnya kalau lagi bermasalah. Mereka banyak yang menghindari wartawan.

Ketika Usdar pertama masuk ke Unhas, dia ditanya oleh seorang seniornya :
“Coba jawab, apa definisi wartawan?.”.
Usdar tidak tahu, tak bisa menjawab. Sambil tersenyum sang senior pun berkata :
“Wartawan ialah, sejenis makhluk yang selalu mau gratis”.

Usdar menyelesaikan pendidikan dasar di Bulukumba tahun 1971. Dia kemudian melanjutkan studinya ke SMEP Negeri di kota yang sama tahun 1974. Mestinya, dari SMEP sambungannya yang pas adalah SMEA. Tetapi, dia malah masuk ke SMA Negeri Bulukumba dan tamat tahun 1977. Tahun berikutnya, dia diterima sebagai mahasiswa bebas tes di Fakultas Hukum Unhas.

Modal pengetahuannya sebagai wartawan diperoleh melalui Pendidikan Dasar Pers Mahasiswa di Fakultas Hukum Unhas tahun 1981. Setelah berkiprah sebagai wartawan, dia mengikuti Orientasi Kewaspadaan Nasional (Orpadnas) yang digelar PWI Cabang Sulsel (1988) dan Karya Latih Wartawan (KLW) tingkat dasar dan lanjutan antara Agustus dan September 1995. Dia juga mengikuti Pekan Orientasi Komunikator Semangat dan Nilai-nilai 45, Mei 1996, Ujungpandang, Penataran P4 Pola 45 Jam Bagi Wartawan Anggota PWI Sulsel, 4-9 Maret 1996, di Ujungpandang, Penataran P4 Calon Penatar Tk.I Sulsel, 9-24 Desember 1996, Ujungpandang.

Usdar termasuk salah seorang wartawan yang organisator. Seabrek organisasi pernah digelutinya. Misalnya, sebagai Ketua Umum Remaja Emmy Saelan Makassar (1981-1984), Sekum Ikatan Pemuda Penulis Indonesia (IPPI) Makassar (1979-1983), Sekretaris II Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Bulukumba (IPMAH) Makassar (1982-1986), Pengurus Pleno Bidang Hukum dan Hankam PWI Sulsel (1997-2001), Ketua Umum Perhimpunan Pekerja Pariwisata Makassar (P3M) tahun 2000-2005, Ketua Umum AUHM Kota Makassar (2002-2007), Satgas Pers Golkar pada Pemilu 1987, Anggota Bappilu Golkar Ujungpandang (1997), Sekum Pemuda Justitia Sulsel (1994-1999), Ketua I Kerukunan Keluarga Bulukumba (KKMB) Makassar (1994-2002), Sekretaris II FKBM Makassar (2003-2008), Wakil Ketua II Generasi Penerus Bangsa (GPB) Makassar (2003-2008), Ketua PPK Kec,Manggala Makassar (2004), Ketua Bidang Hukum dan HAM PWI Sulsel (2006-2010), dan Ketua ARKES Kota Makassar (2005-200).

Hingga kini, Usdar Nawawi sudah melakukan perjalanan jurnalistik antara lain ke Singapura dan Malaysia (1994) dan keliling Jawa dan Bali pada tahun berikutnya.***

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x