Jejak perjalanan jurnalistik lelaki kelahiran Tanjung Bira Bulukumba Wakil Ketua PWI Sulsel

- 26 September 2022, 01:47 WIB
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini.
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini. /WartaBulukumba.com

Rupanya, sejak Usdar menyamar di situ sebagai tamu, ada intel polisi yang mengetahuinya, setelah melihat sticker Majalah FAKTA yang terpasang di kap motor milik Usdar. Kapolres yang dilapori soal kehadiran wartawan di rumah bordil itu, ternyata otaknya encer juga. Dia langsung memerintahkan penggerebekan, agar supaya aksi penggerebekan ini dapat dipublikasi di Majalah FAKTA. Maklum saja, Majalah FAKTA saat itu beredar luas di kepolisian seluruh Indonesia. Tentu saja Kapolres tak mau menyia-nyiakan kesempatan publikasi. Promosi gratis.

Usdar tidak tidur sampai pagi. Dia menggeledah warung satu per satu. mengumpulkan bahan tulisan yang diperlukan. Kemudian pagi hari dia langsung menemui bupati untuk mengonfirmasi soal keberadaan ‘’warung koboi’’ yang baru saja digrebek aparat kepolisian pada malam harinya.

Rupanya, bupati tidak tahu kalau di daerahnya telah berkembang bisnis haram yang dapat membahayakan moral generasi muda di kabupaten yang dipimpinnya. Apalagi, sudah ada satu dua PSK di situ yang berasal dari daerah itu sendiri. Dari hasil konfirmasi Usdar itulah, ternyata membuat sang bupati jadi malu dan marah besar.

Tiga hari kemudian, ke delapan warung remang-remang itu, ludes dilalap api. Dibakar atas perintah Bupati. Beritanya kemudian ditulis Usdar di Majalah FAKTA dengan sangat manis.

Pengalaman jurnalistik Usdar di dunia kriminal, yang dijalaninya selama delapan tahun, dirasakan sebagai ilmu yang sangat besar manfaatnya. Dengan tulisan-tulisan yang banyak memborbardir dunia prostitusi, dia lebih fokus pada tata aturan yang dilanggarnya. Kalau melanggar aturan, ya usaha itu harusnya ditutup. Kalau dibiarkan, pasti mereka akan makin besar.
.
Memimpin Beberapa Media

Dalam kurun waktu 1984 hingga tahun 1992 tersebut, sesungguhnya Usdar tak hanya menjadi wartawan Majalah FAKTA. Selain di FAKTA, dia merangkap jadi pelaksana Pemimpin Redaksi SKU Pancasila, dan memimpin Majalah Semangat Baru. Nanti ketika dia menjadi Redpel di SKU Bina Baru (sekarang Harian Berita Kota Makassar), dia baru melepaskan diri dari Majalah FAKTA Surabaya.

Mingguan SKU Bina Baru, adalah milik Syamsuddin Palussai, yang berkantor di Jl.Tamalate IV, Perumnas Panakkukang. Koran ini, ketika Syamsuddin Palussai masih sehat, terbitnya sangat teratur. Oplahnya cukup besar merambah wilayah Sulsel.

Ketika beliau mendekati hari-hari terakhirnya di Rumah Sakit Akademis, dia tiba-tiba ingat surat kabarnya yang terbengkalai.

“Coba cari itu Usdar, supaya dia bisa melanjutkan itu surat kabar,” kata Truitje Musila, istri Syamsuddin Palussai beberapa hari sebelum berpulang.

Padahal sebetulnya, Usdar tidak pernah bergabung di Bina Baru. Hubungan pribadi antara Syamsuddin Palussai dengan Usdar juga tidak terlalu dekat. Beberapa bulan setelah Syamsuddin Palussai meninggal, Usdar pun dipanggil Truitje Musila, untuk menyampaikan pesan almarhum suaminya. Usdar tak sendiri menerima amanah ini. Dia mengajak Usamah Kadir membuat proposal penerbitan Bina Baru, untuk dihadapkan ke Aksa Machmud, siapa tahu Aksa Machmud mau membantu modal penerbitan.
Proposal itu tak jadi dibawa ke Aksa, Usdar dan Usamah membelok menemui Alwi Hamu. Ketika Alwi Hamu disodori proposal, langsung saja menyatakan setuju.

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x