Jejak perjalanan jurnalistik lelaki kelahiran Tanjung Bira Bulukumba Wakil Ketua PWI Sulsel

- 26 September 2022, 01:47 WIB
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini.
Jejak kewartawanan Usdar Nawawi dapat ditemukan dalam dua buku ini. /WartaBulukumba.com

“Subhanallah ..”. Usdar baru menyadari bahwa ketika dia super sibuk memotret, ternyata  rolnya tidak ikut terputar. Mana mungkin fotonya bisa jadi kalau rol film tak berputar.

Dua hari Usdar berpikir kencang. Dari mana foto kegiatan KUD Mattirobulu bisa diambil. Sementara untuk kembali memotret ke Bulukumba sesuatu yang tidak mungkin. Ini kejadian yang sangat memalukan.

“Seandainya para pengurus KUD Mattirobulu itu tahu foto-foto mereka gagal tampil di surat kabar gara-gara beginian, di mana mau diletakkan muka ini,” gumam Usdar.

Tetapi sebagai wartawan yang tidak boleh kehilangan akal dalam melengkapi beritanya dengan foto, Usdar berpikir keras bagaimana bisa mendapatkan foto pendukung berita yang sesuai. Lantas mau ngambil dari mana ?

Eh .. ternyata caranya cukup mudah. Usdar dapat akal. Dia ke Kantor Puskud Sulsel. Pasti di instansi itu ada arsip foto KUD di kabupatennya. Soalnya, KUD itu terbaik di seluruh Indonesia. Jadi pasti ada dokumentasinya di Puskud.

Benar juga, dia ternyata menemukan foto-foto Ketua KUD Mattirobulu di Puskud Sulsel, yakni arsip foto pada saat Ketua KUD Mattirobulu menerima penghargaan dari Presiden Soeharto di Istana Negara. Usdar pun plong.

Ternyata kegembiraannya terhadang kekhawatiran. Di Puskud, Usdar bertemu Ibnu, sang Ketua KUD Mattirobulu yang beberapa hari lalu menyaksikan bagaimana dia bergaya mengambil foto di kantornya di Bulukumba.

Dia pun melihat Usdar membawa foto-foto tersebut. Bagaimana menjelaskan duduk persoalan foto ini? Usdar beralasan, setelah pimpinan redaksinya menimbang-nimbang, maka foto yang paling bagus dimuat adalah foto-foto penerimaan penghargaan dari presiden. Ibnu terlihat manggut-manggut, senang. Dia tidak pernah tahu bila kamera Usdar bermasalah. Gagal tayang ... !

Selama 4 tahun dia menjalani hari-harinya sebagai wartawan Mingguan “Mimbar Karya”, mingguan terbesar di Sulsel pada saat itu dengan oplah 8.000 eksamplar. Gajinya waktu itu sebesar Rp. 70.000 per bulan.

Menyamar

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x