Selain tokoh Minke, buku ini juga menggambarkan seorang "Nyai" yang bernama Nyai Ontosoroh.
Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan.
Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Namun yang menariknya adalah Nyai Ontosoroh sadar akan kondisi tersebut sehingga dia berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia.
Baca Juga: Sariamin Ismail, novelis perempuan pertama Indonesia tampil di Google Doodle
Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya hanyalah dengan belajar. Minke juga menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Annelies, anak dari Nyai Ontosoroh dan tuan Mellema.
Melalui Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer melukiskan kisah dan kondisi di bawah kaki kolonialisme Belanda.
Pram berhasil menitipkan pesan melalui novelnya bahwa betapa pentingnya belajar. Dengan belajar maka bisa mengubah nasib.
Baca Juga: Sidang BPUPKI dan kronologi sejarah Piagam Jakarta
Seperti di dalam buku ini, Nyai yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa HBS dan Minke.