Tahukah Anda? Inilah asal usul nama beberapa desa dan kelurahan di Bulukumba

16 Desember 2022, 13:42 WIB
Ilustrasi - Tahukah Anda? Inilah asal usul nama beberapa desa dan kelurahan di Bulukumba /Dok. Andi Muhammad Fadlullah Akbar: 'Sombala'na Lino', salah satu karya seni kriya logam seniman Bulukumba, Andi Muhammad Fadlullah Akbar.

WartaBulukumba - Bulukumba sebagaimana bagian lainnya dari Nusantara adalah juga sekumpulan kekayaan sejarah, budaya dan kearifan lokal.

Di Bulukumba pun tertimbun banyak legenda dan mitos yang mengalir hingga hari ini. 

Pada ruang diaspora, Kabupaten Bulukumba yang terletak di selatan Sulawesi Selatan ini adalah wilayah sejarah yang terus menerus digali para ilmuwan sejak dulu.

Baca Juga: Telusur 'Pasang Ri Kajang' komunitas adat Ammatoa di Bulukumba, ternyata memuat banyak pesan buat pemimpin

Pada sejarah yang lebih luas, kita bisa menapaki pelbagai literarur yang cukup komprehensif.

Salah satunya dengan menyusuri perjalanan jazirah ini di masa silam melalui buku "Prasejarah-Kemerdekaan di Sulawesi Selatan" yang disusun oleh Agussalim, terbit tahun 2016.

Buku "Capita Selecta: Sejarah Sulawesi Selatan" juga bisa menjadi referensi menarik. Sebuah buku yang ditulis oleh A. Zainal Abidin Farid dan ‎Sudirman Sabang pada 2017.

Baca Juga: Telusur sejarah busur di Sulawesi Selatan, sejak kapan masuk ke Bulukumba?

Melihat Bulukumba dari asal usul nama sejumlah desa dan kelurahan juga sangat menarik ditelusuri.

Desa adalah satuan lahan di luar kota yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri yang dikepalai oleh seorang kepala desa. 

Sedangkan kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Baca Juga: Menguak penampakan UFO di Sulsel pada 1955 yang disaksikan sejumlah penduduk Bulukumba hingga Pinrang

Dikutip dari laman Geografi.org, Paul H. Landis menyatakan bahwa pengertian desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
  2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
  3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris dan non agraris. Agraris dipengaruhi oleh alam sekitar, seperti iklim dan keadaan alam. Non agraris adalah pekerjaan yang bersifat sambilan / sampingan.  
  4. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
  5. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
  6. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.

Berikut beberapa asal usul nama kampung di Kabupaten Bulukumba yang hari ini berstatus sebagai desa dan kelurahan.

Baca Juga: Jejak perjalanan jurnalistik lelaki kelahiran Tanjung Bira Bulukumba Wakil Ketua PWI Sulsel

Tanete

Tanete menurut sejumlah sumber tutur berasal dari kata 'pattaneteang' yang dalam Bahasa Bugis artinya 'pendakian, penanjakan, jalan mendaki, tanjakan, jalan menanjak'.

Karakteristik Tanete hingga hari ini memang menunjukkan hal demikian.

Tanete saat ini merupakan nama sebuah kelurahan dan menjadi Ibu Kota Kecamatan Bulukumpa.

Baca Juga: Buku 'Hanua Sinjai' karya sejarawan Bulukumba disusun 30 tahun lebih

Bonto Bulaeng

Bonto Bulaeng adalah nama sebuah desa di Kecamatan Bulukumpa.

Bonto adalah bahasa Bugis yang artinya 'bukit'. Kata 'Bulaeng' artinya 'emas'. Jadi Bonto Bulaeng berarti 'bukit emas'.

Salah satu cerita rakyat mengisahkan bahwa konon pada zaman dahulu kala ada gempa bumi di wilayah ini sebagai azab terhadap seorang kaya raya yang kikir.

Baca Juga: Semasa kecilnya di Kajang Bulukumba Imam Besar Masjid Al Hikmah New York 'hobi berkelahi'

Akibat kekikirannya, dia mendapat azab berupa gempa bumi lalu terkubur bersama istana yang terbuat dari emas dan harta kekayaannya.

Lama kelamaan istananya yang terbuat dari emas beserta kekayaannya menjadi sebuah bukit. 

 

Palampang

Palampang adalah kelurahan di kecamatan Rilau Ale. Dalam sejarahnya, asal nama Palampang ada empat versi.

Baca Juga: Cendekiawan dan sastrawan Bulukumba inilah rektor perempuan pertama di Indonesia Timur

Versi pertama, Palampang berasal dari kata "Pa'lampang" (Bahasa Makassar) yang berarti "tempat tujuan bepergian" atau "tanah tujuan terakhir."

Dari sisi diaspora, Palampang meruakan salah satu tempat tujuan para pembuka lahan dari kampung lain.

Versi kedua menyebutkan bahwa dahulu di Palampang banyak tumbuh sejenis tanaman yang disebut "Lempeng" kemudian lama-kelamaan sebutan "lempeng" menjadi "Palempeng" atau Palampang dalam perkembangan dialek setempat.

Baca Juga: Tahukah Anda? Inilah manusia Bulukumba pertama yang menulis novel

Versi Ketiga menjelaskan bahwa Palampang berasal dari kata "lempeng" yakni sejenis anyaman dari sejenis daun pandan bernama daun lempeng. Anyaman berbentuk kotak yang dibuat khusus sebagai pengganti piring. Pada abad 19, kotak nasi lempeng digunakan oleh sebahagian besar penduduk Palampang saat menyantap makanan.

Para pembuka lahan di Palampang berasal dari kawasan Kindang, juga ada yang berasal dari Maiwa, Enrekang Sulawesi Selatan. Para pendatang ini kebanyakan menikah dengan penduduk asli Palampang, yang masih merupakan keturunan Raja Kindang dan Kerajaan Bone.

Versi keempat menyebutkan bahwa Palampang berasal dari kata "galampang" dari bahasa Bugis yang artinya "lumbung padi". Palampang di masa silam memang dikenal sebagai salah satu tempat penghasil padi dan berdiri banyak galampang atau lumbung padi.

Demikian, asal usul nama beberapa desa dan kelurahan di Kabupaten Bulukumba. Semoga bisa menanamkan manfaat dalam ruang pengetahuan kita.***

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler