Inilah tradisi unik masyarakat Bulukumba dalam bulan Ramadhan yang telah lama hilang

- 9 April 2022, 18:25 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /Pixabay

WartaBulukumba - Puluhan tahun silam, di ujung selatan Jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kabupaten Bulukumba tercatat sejumlah tradisi unik saat masyarakatnya merengkuh bulan suci Ramadhan.

Bulukumba yang datang dari sejarah yang panjang dengan bentangan budaya dan kearifan lokal banyak terekam dalam berbagai literatur yang ditulis oleh putra asli Bulukumba sendiri.

Salah satu tradisi unik masyarakat Bulukumba yang bertautan dengan Ramadhan tersibak dalam buku berjudul "Bulukumba Nol Kilometer" yang ditulis oleh sastrawan dan budayawan Bulukumba Andhika Mappasomba, diterbitkan oleh penerbit Rumah Bunyi pada tahun 2020.

Baca Juga: Pancasila sudah ada di Bulukumba ribuan tahun silam dalam tradisi demokrasi Ammatoa Kajang

Dalam sebuah bab bertajuk "Tradisi Ber-Ramadhan", terkuak hasil wawancara yang dilakukan Andhika Mappasomba terhadap seorang warga Desa Karama, Kecamatan Rilau Ale bernama Puang Harapiah.

Puang Harapiah menuturkan, pada puluhan tahun silam sebagian daerah di Bulukumba jika memasuki bulan suci Ramadhan biasanya masyarakat akan istirahat bekerja.

Sebagian besar masyarakat Bulukumba bekerja sebagai petani, maka mereka istirahat bertani.

Baca Juga: Mengenal pola hidup unik Ammatoa Kajang di Kabupaten Bulukumba Sulsel

Masyarakat petani melakukan kebiasaan "appattannang minnyaq ri palaq lima" atau meneteskan minyak dan mendiamkan minyak di telapak tangan.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x