Namun, kelezatan legese mampu berdiri sendiri dan menjadi hidangan favorit yang menggoda selera
Proses Pembuatan Legese
Proses pembuatan legese sendiri tidaklah rumit. Pertama-tama, beras ketan direndam selama dua jam untuk memperoleh tekstur yang sempurna.
Santan dari 1/4 butir kelapa sebanyak 800 ml kemudian dididihkan bersama garam, lalu beras ketan ditambahkan dan diaduk hingga meresap semua bumbu.
Baca Juga: Hidangan kue kering di Hari Raya Idul Adha: Resep kue nastar jumbo ala emak-emak Bulukumba
Setelah itu, campuran beras ketan dimasukkan ke dalam wadah khusus yang dibuat dari daun pisang berbentuk silinder. Seiring dengan proses selanjutnya, beras ketan akan ditumbuk hingga padat, menciptakan tekstur yang lembut dan kenyal.
Selanjutnya, bambu dengan legese dimasak sampai matang. Sementara legese dipanggang, aroma harumnya yang khas mulai menyebar dan memikat selera siapapun yang menciumnya.
Uniknya, legese yang dibuat oleh masyarakat Bulukumba ini mampu bertahan selama tiga hingga empat hari. Kelembutan dan kelezatannya tidak akan berkurang seiring berjalannya waktu. Inilah salah satu alasan mengapa legese selalu menjadi hidangan yang dinanti-nantikan setiap Lebaran di Bulukumba.
Baca Juga: Kue kering untuk sajian Idul Adha: Resep nutella butter cookies ala milenial Bulukumba
Mengunjungi Bulukumba dan menikmati legese adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Selain dapat menikmati kelezatan kuliner tradisional ini, Anda juga dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan masyarakat Bulukumba yang terpancar dari setiap hidangan yang mereka sajikan.
Jadi, jika Anda ingin merasakan cita rasa yang unik dan menggugah selera, yuk, jalan-jalan ke Bulukumba dan temukan legese di antara rerimbunan pohon kelapa dan pisang yang memikat. Anda tidak akan menyesal menyelami tradisi kuliner lebaran yang selalu merajut kelezatan di hati masyarakat Bulukumba.***