Mencegah stres dengan puasa: Cahaya Ramadhan dan ketentraman jiwa

2 Maret 2024, 14:33 WIB
Ilustrasi stress - Mencegah stres dengan puasa: Cahaya Ramadhan dan ketentraman jiwa: /Pixabay

WartaBulukumba.Com - Bagaimana cara mencegah stress? Benarkah manusia bisa mengatasi bahkan mencegah sress dengan puasa? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang tak pernah tidur, ada sebuah keajaiban yang terjadi setiap tahun, membawa kedamaian di tengah kekacauan: bulan Ramadhan.

Ramadhan dengan lampu-lampu berwarna-warni menghiasi setiap sudut masjid, memantulkan cahaya lembut yang menenangkan. Aroma takjil beraneka ragam menggoda setiap orang yang lewat, mengingatkan pada kenikmatan yang akan datang setelah hari yang panjang. Dan di atas semua itu, suara azan yang menggema, memanggil umat untuk berhenti sejenak dan merenung.

Di saat dunia terus bergerak cepat, stres menjadi tamu tak diundang yang seringkali meresahkan. Kita hidup di era di mana tekanan pekerjaan, dinamika sosial yang rumit, dan kecemasan tentang masa depan, seringkali membuat kita lupa akan esensi kehidupan itu sendiri. Namun, dengan kedatangan bulan suci Ramadhan, ada kesempatan unik untuk membebaskan diri dari belenggu stres yang mengikat.

Baca Juga: Cahaya spiritualitas Ramadhan: Menggali makna puasa dalam Islam

Stres, sebagai reaksi tubuh terhadap tekanan, telah lama menjadi topik perbincangan dalam berbagai literatur psikologi dan kesehatan. Efeknya yang luas, mulai dari gangguan tidur hingga kelelahan kronis, menunjukkan bahwa ini bukan sekedar masalah sederhana. Sumber-sumber stres pun beragam, mencerminkan kompleksitas kehidupan modern yang kita jalani.

Namun, apa jadinya jika ada tradisi tahunan yang telah berlangsung selama berabad-abad, seperti puasa Ramadhan, ternyata memiliki kunci untuk mengelola dan bahkan mengurangi stres ini?

Banyak buku yang ditulis oleh ahli psikologi atau pun tokoh agama tentang kesehatan mental, kaitannya dengan puasa dan spiritualitas. Salah satunya yaitu buku "The Art of Living: Vipassana Meditation" oleh William Hart, yang membahas tentang meditasi dan kesehatan mental.

Baca Juga: Yuk, intip tips cara mencegah bau mulut saat menjalankan ibadah puasa

Apa itu stress?

Dalam menjelajahi labirin kehidupan sehari-hari, stres sering menjadi hantu yang menghantui.

Disarikan dari jurnal tentang psikologi dan kesehatan mental yang membahas efek puasa terhadap stres dan kesehatan mental, di antaranya "Journal of Psychosomatic Research" dan "Journal of Health Psychology", stres didefinisikan sebagai respons tubuh terhadap tekanan atau ancaman, baik fisik maupun mental. Dalam dosis yang wajar, stres bisa menjadi pemicu untuk bertindak dan beradaptasi. Namun, ketika stres menjadi kronis, ia bisa menimbulkan serangkaian efek negatif, mulai dari masalah tidur, kecemasan, hingga depresi.

Kehidupan modern dengan segala kompleksitasnya menyajikan sumber-sumber stres yang tak terelakkan. Tekanan di tempat kerja, harapan sosial, bahkan berita terbaru yang kita baca setiap hari, semuanya dapat menjadi pemicu. Studi menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara tuntutan hidup dan kemampuan untuk mengatasinya adalah penyebab utama stres pada era ini.

Bagaimana mungkin, dalam konteks seperti ini, sebuah tradisi berabad-abad seperti puasa Ramadhan bisa memberikan solusi? Jawabannya terletak pada pemahaman yang lebih mendalam tentang puasa dan bagaimana hal itu berinteraksi dengan pikiran dan tubuh kita.

Baca Juga: 6 tips puasa bagi penderita maag, salah satunya hindari tidur setelah makan

Puasa Ramadhan adalah solusi

Puasa, yang diwajibkan bagi umat Muslim selama bulan ini, bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, melainkan juga tentang pembersihan jiwa dan pengendalian diri.

Sejarah Ramadhan bermula dari niat untuk mendekatkan diri kepada pencipta dan refleksi diri. Namun, dampaknya terhadap kesehatan mental ternyata jauh lebih luas. Menurut beberapa studi, puasa telah terbukti memberikan efek positif pada kesehatan mental. Rutinitas sahur dan berbuka, misalnya, membantu mengatur siklus tidur dan pola makan yang lebih teratur, yang merupakan komponen kunci dalam pengelolaan stres.

Lebih dari itu, aktivitas spiritual selama Ramadhan, seperti shalat tarawih dan membaca Al-Quran, menawarkan ketenangan dan introspeksi yang mendalam. Ini menciptakan ruang bagi pemikiran dan perasaan yang lebih damai, yang seringkali hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.

Korelasi antara puasa dan peningkatan kesehatan mental ini tidak hanya diakui dalam lingkungan keagamaan, tetapi juga dalam penelitian psikologis. Dengan demikian, Ramadhan tidak hanya menjadi bulan spiritual, tetapi juga waktu untuk memperkuat kesehatan mental dan emosional.

Ramadhan lebih dari sekadar bulan ibadah

Menghadapi tantangan puasa Ramadhan, terutama dalam konteks modern dengan segala tekanannya, memerlukan strategi khusus untuk menjaga kesehatan mental. Para ahli menyarankan beberapa pendekatan praktis yang bisa diadopsi.

Pertama, penting untuk menjaga pola tidur yang baik. Tidur yang cukup dan berkualitas selama bulan puasa sangat krusial. Ini berarti menyesuaikan jadwal tidur agar tetap mendapatkan istirahat yang cukup, meskipun harus bangun lebih awal untuk sahur.

Nutrisi juga memegang peranan penting. Makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka harus seimbang, mengandung cukup protein, karbohidrat, serta vitamin dan mineral. Hal ini tidak hanya menjaga energi tetapi juga mood selama berpuasa.

Selain itu, menyediakan waktu untuk relaksasi dan refleksi diri dapat sangat membantu. Ini bisa berupa meditasi, membaca, atau hanya duduk tenang sambil merenungkan pencapaian dan tantangan. Kegiatan seperti ini dapat menurunkan tingkat stres dan meningkatkan kesadaran diri.

Kisah-kisah nyata dari mereka yang telah merasakan manfaat kesehatan mental dari puasa Ramadhan juga sangat inspiratif. Banyak yang menemukan bahwa, melalui puasa, mereka belajar mengatasi kecemasan, meningkatkan fokus, dan merasakan kedamaian batin yang lebih dalam.

Dengan menerapkan strategi ini, puasa Ramadhan tidak hanya menjadi bulan ibadah, tetapi juga waktu untuk memperbaharui kekuatan mental dan emosional.***(Israwaty Samad)

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler