WartaBulukumba - Bangsa Romawi punya kebiasaan mencelupkan pedang ke pupuk dan sisa hewan yang membusuk sebelum bertempur.
Sejarah itu membentangkan penjelasan bahwa penggunaaan senjata biologis tidak tergolong baru. Beberapa literatur mengungkapkan bahwa biological weapon sudah ada di abad-abad lampau.
Pada abad ke-18, senjata biologis digunakan pada perang Prancis-India. Penggunaan senjata biologis semakin berkembang saat pecah perang Dunia II. Jerman terlibat di sana. Mereka mengembangkan antraks, glander, kolera dan jamur putih sebagai senjata biologis.
Baca Juga: Panji-panji hitam pasukan Imam Mahdi sebenarnya adalah jet-jet tempur?
Ternyata senjata biologi tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu.
Bergulir sebelumnya dalam pemberitaan internasional, Rusia menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) bersama NATO sedang meningkatkan jaringan laboratorium biologi di sekitar Rusia.
Dewan Keamanan Rusia, Yuri Averyanov juga mengeluarkan peringatan bahwa mikroorganisme patogen yang lahir dari laboratorium penelitian AS bisa saja terlepas ke lingkungan secara tidak sengaja.
Baca Juga: Novel Baswedan dan 74 pegawai KPK resmi dinonaktifkan, begini reaksi mereka
Hal di luar kendali itu bisa mengakibatkan dampak buruk berupa wabah infeksi besar-besaran yang akan mengancam populasi.