Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Penculikan Sukarno-Hatta oleh pemuda Menteng 31

- 15 Agustus 2023, 20:44 WIB
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tak akan terjadi jika Sukarno-Hatta tidak diculik pemuda ke Rengasdengklok
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tak akan terjadi jika Sukarno-Hatta tidak diculik pemuda ke Rengasdengklok /Tangkapan Layar YouTube: MrGama3ana

Sementara Bung Karno dan Bung Hatta berada di Rengasdengklok, di Jakarta, Jusuf Kunto tiba untuk membawa berita dari dunia luar yang begitu dinanti-nantikan. Namun, kabar dari Jakarta membawa kejutan: hanya Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo yang dapat ditemui oleh Kunto. Tidak ada kesempatan bagi seluruh rencana yang telah disusun dengan teliti oleh para pemuda.

Pada titik balik sejarah, Soekarno dan Hatta memutuskan untuk kembali ke Jakarta, membawa beban harapan dan tanggung jawab yang tak terukur. Pada tengah malam tanggal 16 Agustus, mereka tiba di Jakarta, membawa pesan kemerdekaan yang tersembunyi dalam hati mereka.

Dan akhirnya, di bawah langit pagi yang cerah pada 17 Agustus 1945, dalam hening yang penuh makna, proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.

Sayuti Melik

Teks yang telah diketik oleh tangan Sayuti Melik, seorang penyair yang juga terlibat dalam perjuangan ini, menjadi suara tegas dari jiwa bangsa yang akhirnya merdeka.

Sementara mesin ketik yang "dipinjam" dari kantor Kepala Perwakilan Kriegsmarine oleh Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler, adalah

Pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia meraih tonggak sejarahnya yang penuh makna dengan proklamasi kemerdekaannya.

Acara bersejarah ini berlangsung di sebuah rumah berhalaman luas yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Suasana rumah yang telah disiapkan oleh pemerintah Jepang untuk Bung Karno, dengan sejarahnya yang kaya, menjadi saksi bisu dari momen krusial ini.

Pegangsaan Timur 56

Rumah Pegangsaan Timur 56 kemudian menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Chairul Basri, yang bekerja pada kantor propaganda Jepang, memiliki peran penting dalam mencari lokasi yang tepat.

Sebelumnya, rumah ini sempat menjadi tempat pertemuan, rumah tawanan, hingga Gedung Republik. Perjalanan rumah ini menggambarkan perjalanan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Namun, perjalanan menuju proklamasi tidaklah mulus. Seiring dengan peristiwa-peristiwa penting di dunia internasional seperti bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang menghancurkan semangat tentara Jepang, Indonesia melihat peluang untuk merebut kemerdekaannya. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) berubah menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk lebih menegaskan tekadnya.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah