Baca Juga: Dai Bulukumba ingatkan hadits Rasulullah SAW tentang pemimpin yang seperti singa
Dari ruang pendidikan, kita bisa menemukan pemanfaatan kearifan lokal ini dalam buku: "Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Budaya pada Anak Usia Dini", penulis: Harun, Amat Jaedun, Sudaryanti dan Abdul Manaf. Penerbit UNY Press, tahun 2020.
Tiga Jenis Siri dalam Budaya Bugis Makassar
Di era digital, berlangsung begitu perubahan pada berbagai bidang, termasuk kebudayaan. Tak bisa dinafikan, kebudayaan suatu etnis tidak bisa mengelak dari perubahan yang terjadi, dan perubahan sosial budaya masyarakat cenderung terjadi karena adanya diferensiasi sosial dan integrasi.
Emile Durkheim dalam karyanya "The Division of Labor in Society" mengamati bentuk-bentuk solidaritas masyarakat tradisional dan modern.
Di Sulawesi Selatan, perubahan sosial masyarakat cenderung dipengaruhi oleh kebutuhan materi dan diferensiasi struktural modern yang berkontribusi pada integrasi manusia ke dalam sebuah kebudayaan yang sama, seperti industrialisasi dan kapitalisme.
Namun, perubahan tersebut juga dapat mengisolasi budaya tradisional dan memengaruhi pengembangannya dengan pengetahuan klasik.
Dalam budaya Bugis Makassar, siri sejauh ini berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi seiring perkembangan zaman, telah meliputi sedikitnya tiga jenis.
1. Siri Masiri
Siri masiri muncul akibat perasaan malu karena mengalami kegagalan, bodoh, dan tidak berprestasi. Siri’ masiri’ ini tidak menuntut pembunuhan dalam penyelesaian masalah, seperti budaya harakiri Jepang dengan melakukan bunuh diri apabila gagal dalam meraih prestasi, namun lebih pada pengasingan diri atau pelarian yang jauh dari kampung halaman.