WartaBulukumba - Datang dari Bulukumba semasa muda dengan hasrat dan impian dalam berkesenian, Aspar Paturusi akhirnya kemudian menapaki 'jalanan keras' Ibu Kota.
Aktingnya yang gemilang menuai banyak pujian dalam banyak film nasional, di antaranya dalam film Sanrego (1971), Tragedi Bintaro (1988), Tutur Tinular (1989), Saat Kukatakan Cinta (1991), Fatahillah (1996), dan Ketika Cinta Bertasbih (2009).
Sebelum jadi aktor film ia pernah merasakan menjadi guru dan wartawan. Sedikit banyak, kedua profesi tersebut ikut memahat karakternya di kemudian hari.
Baca Juga: Muhammad Arief Saenong dan mimpi tentang museum Pinisi di Bulukumba
Dinukil dari buku "Inspiring Bulukumba" yang ditulis Alfian Nawawi, penerbit Mafazamedia, tahun 2014, pertama kali Aspar Paturusi main dalam film Latando di Tanah Toraja (1971), beralih ke dunia sinetron sejak tahun 1992.
Karena aktingnya yang gemilang dalam Anak Hilang (1992), ia mendapat Piala Vidia pemain utama pria dalam FSI (Festival Sinetron Indonesia) 1992. Di luar aktifitasnya sebagai aktor film, ia adalah penulis karya sastra seperti puisi, drama dan novel.
Bagi Aspar, berkesenian sungguh nikmat, dan karena itu Sarjana Muda Fakultas Sastra UNHAS ini terus menjalaninya selama lebih dari empat dekade.
Baca Juga: Kepak sayap spiritual dan intelektual dari Bulukumba, Muhammad Yusuf Shandy