Lompatan raksasa ilmu pengetahuan dan teknologi di masa Imam Mahdi

- 3 April 2023, 02:07 WIB
Ilustrasi - Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang sangat maju di masa Imam Mahdi
Ilustrasi - Ilmu Pengetahuan dan teknologi yang sangat maju di masa Imam Mahdi /Pixabay/Karen Nadine

Dalam sebuah tulisannya di situs al-Islam.org, Mohammad Ali Shomali menulis bahwa dalam Bihar al-Anwar, Imam al-Sadiq mengatakan: Ilmu terdiri dari dua puluh tujuh huruf, dan semua ilmu yang dibawa oleh para nabi hanya terdiri dari dua dari dua puluh tujuh. Sampai saat ini, orang belum belajar kecuali dua dari dua puluh tujuh.

Baca Juga: Muhammad Qasim Dreams Part 2, Indonesia and Malaysia allied with Pakistan in World War 3

"Ketika Imam Mahdi datang, dia akan memperkenalkan dua puluh lima bagian ilmu lagi dan akan menyebarkan ilmu ini di antara semua orang. Dan dia akan menambahkan ini ke dua bagian dari nabi sebelumnya, sehingga dua puluh tujuh bagian menjadi lengkap," terangnya.

"Ilmu akan mencapai puncaknya pada masa Imam Mahdi. Tidaklah sulit untuk memahami bagaimana pengetahuan dapat mengalami perluasan yang cepat. Jika kita membandingkan kemajuan pengetahuan, sains, dan penemuan baru dalam lima puluh tahun terakhir dengan kemajuan lainnya dalam sejarah umat manusia, maka lima puluh tahun terakhir mencapai lebih dari apa yang terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, pernyataan ini tidak mengherankan. Memang dalam bidang ilmu, semakin banyak yang diketahui, maka semakin terdorong dan tergugah untuk bertanya, yang pada akhirnya akan menambah pengetahuan," urai Mohammad Ali Shomali.

Kendati demikian, Mohamamd Ali Shomali menekankan, apakah itu mengacu pada jenis pengetahuan tertentu atau apakah itu mengacu pada pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaan manusia.

Baca Juga: Muhammad Qasim Dreams Part 1

"Dalam sumber-sumber Islam, pengetahuan terkadang digunakan dalam arti yang lebih luas dan di lain waktu digunakan dalam arti khusus. Misalnya, Nabi Muhammad bersabda, “Carilah ilmu meskipun mengharuskanmu bepergian ke China11.” Dalam hal ini, penyebutan ilmu tidak mungkin ilmu Islam karena Cina tidak memiliki Islam. Oleh karena itu, dalam hal ini, makna pengetahuan itu luas," urainya lagi.

Sheikh Dr. Mohammad Ali Shomali lahir di Persia pada 22 Desember 1965, seorang cendekiawan, akademisi, filsuf dan teolog Muslim. Peringkat agamanya adalah Hujjat al-Islam. Dia belajar di seminari agama Qom, dan juga menyelesaikan gelar sarjana dan magister Filsafat Barat dari Universitas Teheran. Dia kemudian menerima gelar doktor di bidang Filsafat dari University of Manchester. Tesis Shomali adalah tentang relativisme etis, dan penelitian pascadoktoralnya adalah tentang masalah etika yang berkaitan dengan hidup dan mati.***

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x