Dalam buku Islamisasi di Sinjai (Penerbit: Sawerigading, 2016) yang ditulis oleh Sritimuryati, terbentang sejarah awal masuknya nur Islam ke Kabupaten Sinjai.
Terdapat setidaknya dua pintu dari masuknya Islam di Sinjai. Pertama, Islam masuk melalui murid-murid Dato ri Tiro yang menyebarkan Islam ke Sinjai. Kedua, adanya beberapa sosok dari Persekutuan Tellu Limpoe yang datang langsung menemui Dato ri Tiro untuk belajar Islam. Sosok-sosok itu diurai rinci dalam buku Islamisasi di Sinjai.
Baca Juga: Fitur timelapse Google Earth menyoroti perubahan iklim
Dato ri Tiro memulai langkah berdakwah bersama dengan Dato ri Bandang dan Dato Patimang, yang juga sama-sama berasal dari Minangkabau. Dato ri Tiro menyebarkan Islam dengan pendekatan penyesuaian budaya masyarakat lokal dan hubungan baik dengan para penguasa kerajaan.
Peran awalnya adalah pengislaman Kedatuan Luwu, Kerajaan Gowa, dan Kerajaan Tallo. Setelah itu, ia bergerak mengislamkan Kerajaan Tiro di Bonto Tiro.
Pengislaman berlanjut hingga ke Kerajaan Bantaeng dan Persekutuan Tellu Limpoe.
Baca Juga: Baru kali ini Ratu Elizabeth II tidak berjalan di depan Pangeran Philip
Dato ri Tiro mulai menyebarkan agama Islam di Bonto Tiro yang merupakan wilayah Kabupaten Bulukumba di zaman sekarang.
Dalam proses islamisasi di Bonto Tiro, Dato ri Tiro mula-mula berhasil mengajak Raja Tiro, La Unru Daeng Baso untuk memeluk agama Islam, pada tahun 1604 Masehi.
Titik itu awal mula Tiro sebagai pusat pengembangan Islam untuk negeri-negeri sekitarnya, seperti Tellu Limpoe (Sinjai) dan Bantaeng.***