WartaBulukumba - Sesekali dia menunduk, menyeka bulir-bulir hangat yang berguguran di atas wajahnya.
Wajah sendu dan tubuh ringkihnya duduk sendiri di salah satu bangku Kapel St. George. Terpisah dari anak-anaknya dan keluarga kerajaan lainnya.
Sabtu, 17 April 2021, dia harus mengucap salam perpisahan pada lelaki yang telah mendampinginya 73 tahun lamanya.
Baca Juga: Panglima Junta Militer Myanmar akan datang ke Jakarta
Duka itu tak hanya hinggap di dadanya. Seluruh warga di negeri yang dipimpinnya turut larut dalam duka mendalam.
Dalam upacara perpisahan itu hanya 30 pelayat saja yang diberi izin untuk masuk ke dalam kapel abad pertengahan yang berusia 950 tahun.
Pangeran Charles, salah seorang putranya, memimpin prosesi pemindahan Sang Pangeran yang mangkat pada 9 April lalu dari kastil -tempatnya mengembuskan napas terakhir- menuju gereja.
Baca Juga: AS peringatkan Israel berkali-kali agar berhenti komentari Iran
"Kami telah terinspirasi oleh kesetiaannya yang tak tergoyahkan kepada ratu kami, oleh pengabdiannya kepada bangsa dan Persemakmuran, oleh keberanian, ketabahan dan keyakinannya," kata David Conner, dalam pemberkatan terakhir itu, dilansir WartaBulukumba dari New York Post.