'Israel' agresor dan Amerika Serikat yang hipokrit, lantas di mana seharusnya posisi Indonesia?

15 April 2024, 18:28 WIB
Ilustrasi bendera AS dan 'Israel' - 'Israel' agresor dan Amerika Serikat yang hipokrit, lantas di mana seharusnya posisi Indonesia? /Reuters/Ronen Zvulun

WartaBulukumba.Com - Naga-naga api telah dilesakkan. 'Israel' bergetar, Iran benar-benar membalas dendam! Jacob Ereste, pendiri Atlantika Nusantara menawarkan lensa kritis untuk dapat memahami konflik yang berlangsung, implikasi regionalnya, dan peran potensial Indonesia dalam mendukung keadilan dan perdamaian.

Konflik antara 'Israel' dan Iran adalah pertarungan geopolitik yang sangat berakar, ditandai oleh serangkaian tindakan terselubung dan terang-terangan, termasuk serangan militer dan retorika politik.

Menurut Jacob Ereste, tindakan-tindakan terbaru 'Israel', termasuk serangan terhadap posisi Iran di Suriah, menjelaskan terang-terangan tentang apa dan siapa 'Israel'.

Baca Juga: Iran menyita kapal kontainer untuk mempersulit ekonomi Israel Penjajah

"Dasarnya 'Israel' memang agresor, dalam kondisi perang melawan Palestina, mereka pun memperluas konflik dengan menyerang Kedutaan Besar Iran di Damaskus hingga menewaskan 11 orang serta 2 orang Komandan dan Penasehat Militer Iran di Suriah," kata Jacob Ereste dalam wawancara online pada Senin, 15 April 2024.

Tindakan ini, menurutnya, memberikan Iran alasan yang cukup untuk membalas, menggambarkan 'Israel' sebagai agresor yang didorong oleh keinginan akan kekuasaan dan pengakuan di antara bangsa-bangsa lain.

"Ini cukup menjadi alasan bagi Iran untuk membalas kekejian agresor 'Israel' yang birahi memperoleh kekuasaan dan eksistensinya dalam pergaulan bangsa-bangsa lain di dunia," ujarnya.

Baca Juga: Perbandingan kekuatan militer Iran vs Israel Penjajah, siapa yang lebih unggul?

Tanggapan Iran dan Reaksi Global

Balasan Iran terhadap provokasi 'Israel' dipuji oleh Ereste sebagai tindakan berdaulat dan pelajaran bagi 'Israel' agar tidak melampaui batas.

"Serangan balasan Iran terhadap kekejian 'Israel' ini, patut dipuji, sebagai sikap kemerdekaan bagi setiap bangsa dan upaya mewujudkan janji dengan konsisten memberi pelajaran bagi 'Israel' yang terkesan tidak tahu diri itu," ungkap Ereste.

Namun, pandangan ini sangat bertentangan dengan kecaman dari Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang menyatakan kutukan terbukanya atas serangan balasan Iran. Ini menunjukkan perbedaan pandangan yang signifikan di kancah internasional.

Baca Juga: Eks PM Israel Penjajah Ehud Barak mengakui sulit mengalahkan Iran dalam perang yang berkepanjangan

"Kecaman Sekjen PBB, yang mengutuk serangan balasan Iran ke 'Israel' ini, menunjukkan sikap tidak netral — atau bahkan terkesan berpihak — sehingga patut disikapi oleh bangsa dan negara Indonesia yang menjunjung tinggi keadilan serta sikap kemanusiaan yang hendak melanggengkan penjajahan di dunia," urai Ereste.

Posisi Indonesia dan Keadilan Internasional

Menurut Ereste, Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi keadilan dan kemanusiaan, harus mempertimbangkan ini sebagai peluang untuk memimpin dalam advokasi perdamaian dan keadilan.

Indonesia, dengan sejarah panjang mendukung kemerdekaan dan hak-hak suatu bangsa, berpotensi menjadi mediator penting dalam konflik ini.

Amerika Serikat Jelas Hipokrit

Ereste juga mengkritik komitmen Amerika Serikat (AS) yang tetap mendukung 'Israel', mencerminkan hipokrisi mengingat tekanannya terhadap China untuk menghentikan dukungan kepada Rusia.

"Komitmen Amerika Serikat yang kembali menegaskan untuk tetap mendukung 'Israel', ketika mengetahui serangan balik Iran dan ikut menghadang gempuran balasan Iran terhadap 'Israel', jelas sikap yang hipokrit," tegas Ereste.

Konflik 'Israel'-Iran, menurut Ereste, tidak hanya tentang pertarungan dua negara tetapi juga tentang bagaimana komunitas internasional, termasuk Indonesia, menanggapi dan mempengaruhi hasilnya.***

Editor: Nurfathana S

Tags

Terkini

Terpopuler