Iran mengajari Israel Penjajah cara berperang: Militer melawan militer, bukan militer melawan warga sipil

15 April 2024, 08:43 WIB
Salah satu misil Iran terbang menuju wilayah Israel Penjajah /IRNA

WartaBulukumba.Com - Di bawah langit kelam Timur Tengah, suara deru drone dan peluncuran rudal menggema di atas 'Israel', menandai pertama kalinya Iran melancarkan serangan langsung resmi ke dalam wilayah pemukim ilegal puluhan tahun tersebut.

Serangan dramatis ini, terdiri dari lebih dari 300 drone dan rudal, yang diklaim sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan militer 'Israel'.

Titik-titik yang ditarget Iran mencakup pangkalan militer, bukan milik warga sipil. Tidak seperti yang dilakukan Israel Penjajah terhadap warga sipil Palestina. Di mana tentara Zionis 'berperang' melawan wanita, anak-anak, bayi, lansia, masjid, gereja, rumah sakit, dan rumah warga.

Baca Juga: Eks PM Israel Penjajah Ehud Barak mengakui sulit mengalahkan Iran dalam perang yang berkepanjangan

Iran tegaskann hak inheren membela diri

Mengutip kantor berita Iran, IRNA, Duta Besar dan Perwakilan Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amir Saeid Iravani, telah membela tindakan militer negaranya terhadap rezim Zionis, menyatakan bahwa operasi tersebut sepenuhnya sesuai dengan hak inheren Republik Islam untuk membela diri.

Berbicara pada pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, yang diadakan atas permintaan rezim Israel, Iravani menyatakan bahwa respons Iran diperlukan dan tepat berdasarkan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional.

Operasi Iran secara spesifik menargetkan lokasi militer untuk menghindari korban sipil.

Baca Juga: Perbandingan kekuatan militer Iran vs Israel Penjajah, siapa yang lebih unggul?

Dalam pidatonya, utusan Iran tersebut mengucapkan terima kasih kepada anggota Dewan Keamanan yang telah mengutuk serangan rezim 'Israel' terhadap fasilitas diplomatik Iran di Suriah dan mengakui hak inheren Iran untuk merespons serangan-serangan mengerikan tersebut.

Dalam 24 jam terakhir,  berdetak di bawah bayang-bayang konflik,  dalam suatu ruangan yang terletak di pangkalan udara Nevatim, di bagian selatan 'Israel', terdengar dentuman yang mengejutkan ketika satu rudal balistik berhasil menembus sistem pertahanan dan menyebabkan kerusakan kecil.

Sebuah ironi pahit, mengingat kecanggihan pertahanan yang dimiliki. Pejabat di pangkalan tersebut, wajahnya mencerminkan kekacauan hari itu, hanya bisa menyampaikan kabar kerusakan yang untungnya tidak memakan korban jiwa.

Iran menyatakan bahwa tindakan ini adalah respons langsung terhadap serangan yang sebelumnya menargetkan kompleks diplomatiknya di Suriah—serangan yang menyisakan reruntuhan dan dendam.

Baca Juga: Iran menyita kapal kontainer untuk mempersulit ekonomi Israel Penjajah

Iran peringatkan serangan berikutnya lebih dahsyat

Pada saat yang sama, dari kedalaman Teheran, sebuah peringatan dikirimkan ke arah Jerusalem: jika Israel membalas, serangan berikutnya akan lebih dahsyat.

Di pusat kekuasaan 'Israel', diwartakan BBC pada Senin, 15 April 2024, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu duduk di kepala meja dalam rapat kabinet perang yang gelisah.

Di hadapannya adalah wajah-wajah yang mencerminkan berbagai tingkat kekhawatiran dan ketegangan. Keputusan mereka akan menggema di seluruh dunia, sebuah realitas yang ditandai oleh kecaman yang datang dari para pemimpin global—dari Washington, London, hingga markas PBB.

Sementara itu, dari kejauhan, Presiden AS Joe Biden berupaya meredam situasi yang memanas dengan mengadakan pertemuan virtual dengan pemimpin-pemimpin G7.

Pada pertemuan tersebut, di antara layar-layar yang menampilkan wajah-wajah yang tertekan oleh berita terbaru, sebuah konsensus pelan muncul: krisis di Timur Tengah tidak boleh dibiarkan memburuk.

Diwartakan Al Jazeera pada Senin, pasukan 'Israel' membombardir kamp pengungsi Nuseirat di tengah Gaza, menewaskan lima orang dan melukai puluhan saat Dewan Keamanan PBB (UNSC) bertemu untuk membahas serangan balasan Iran terhadap  'Israel'.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan de-eskalasi di UNSC dan mengatakan dunia tidak mampu menghadapi perang lain di Timur Tengah.

Kabinet perang 'Israel' dilaporkan tidak dapat sepakat tentang tindakan apa yang harus diambil sebagai respons terhadap serangan langsung pertama Iran terhadap negara tersebut.

Juru bicara Pasukan Pertahanan 'Israel' (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari baru saja mengadakan konferensi pers di Tel Aviv mengatakan Israel masih dalam siaga tinggi dan telah menyetujui rencana pertahanan dan ofensif.

Dia berbicara tentang serangan Iran semalam, sekitar 60 ton "hulu ledak dan bahan peledak" terpasang pada rudal dan drone tersebut.

"Bersama kita menggagalkan serangan Iran," kata Hagari - memuji koalisi negara-negara sekutu yang membantu Israel mempertahankan diri dari 99% serangan tersebut.

"Ini adalah pertama kalinya koalisi seperti itu bekerja sama melawan ancaman Iran," tambahnya.

Dia mengakhiri dengan mengatakan bahwa  'Israel' tidak kehilangan pandangan tentang apa yang disebutnya misi negara di Gaza - di mana 'Israel' telah berusaha menghancurkan kelompok bersenjata Palestina Hamas dan membebaskan sandera yang diambil oleh kelompok tersebut ketika menyerang 'Israel' pada 7 Oktober 2023 lalu.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler