Prancis mengutuk keras kekerasan Militer Myanmar terhadap demonstran

- 21 Februari 2021, 05:03 WIB
Demonstrasi di Kota Yangon, memprotes kudeta militer Myanmar.
Demonstrasi di Kota Yangon, memprotes kudeta militer Myanmar. /ANTARA

WartaBulukumba - Tewasnya dua pengunjuk rasa di Myanmar akibat tembakan peluru tajam pihak polisi dan militer segera memicu reaksi Barat. 

Para penentang kudeta skeptis terhadap janji junta militer untuk mengadakan pemilihan baru dan menyerahkan kekuasaan kepada pemenang.

"Prancis mengutuk keras kekerasan pasukan keamanan Myanmar terhadap demonstran damai, yang telah menyebabkan kematian beberapa orang, kata kementerian luar negeri Prancis pada Sabtu 20 Februari 2021.

Baca Juga: Pakar: Literasi digital bisa bawa anak ke tahap Knowledge Creation

"Kekerasan yang dilakukan di Mandalay hari ini tidak dapat diterima," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip WartaBulukumba dari Reuters, Ahad 21 Februari 2021.

Dua orang tewas di kota kedua Myanmar, Mandalay, pada hari Sabtu 20 Februari kemarin ketika polisi dan tentara menembak untuk membubarkan protes terhadap kudeta militer 1 Februari,.

Demonstrasi besar-besaran sudah berjalan dua pekan. Pembangkangan sipil berupa pemogokan secara masal dan berbagai gangguan lainnya tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Baca Juga: Demonstran Myanmar yang beragam bersatu menentang kudeta

Para demonstran menuntut pemulihan pemerintahan terpilih dan pembebasan Suu Kyi dan lainnya.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah