WartaBulukumba - Para penentang kudeta Myanmar turun ke jalan lagi pada hari Sabtu 20 Februari 2021.
Mereka datang dari ragam etnis minoritas, penyair dan pekerja transportasi. Tuntutannya seragam yakni menentang dan menuntut kekuasaan militer.
Para demonstran skeptis terhadap janji militer untuk mengadakan pemilihan baru dan menyerahkan kekuasaan kepada pemenang.
Baca Juga: Jumpai Teten Masduki, Shopee Sebut Pedagang Lokal dan UMKM Mendominasi Platform hingga 97 Persen
Reaksi polisi hanya satu yakni menembakkan peluru karet ke pekerja galangan kapal yang berdemo di kota kedua Mandalay. Tidak ada hasil di sana kecuali satu orang terluka ringan.
Seorang pengunjuk rasa wanita muda, Mya meninggal pada hari Jumat setelah sebutir peluru tajam bersarang di kepalanya pekan lalu ketika polisi membubarkan kerumunan di ibu kota, Naypyitaw, kematian pertama di antara penentang kudeta dalam demonstrasi.
Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya. Amerika Serikat mengutuk penggunaan kekerasan terhadap demonstran, kata juru bicara Departemen Luar Negeri.
Baca Juga: Putri penguasa Dubai ternyata disandera ayahnya sendiri
Pada hari Sabtu, kaum muda di kota utama Yangon membawa karangan bunga dan meletakkan bunga pada upacara peringatan untuk wanita, Mya Thwate Thwate Khaing, sementara upacara peringatan serupa berlangsung di Naypyitaw.