Mya meninggal dan menjadikan perlawanan rakyat Myanmar kian keras

- 19 Februari 2021, 19:45 WIB
Pengunjuk rasa memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar / REUTERS / Stringer
Pengunjuk rasa memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar / REUTERS / Stringer /Reuters

WartaBulukumba - Kabar kematian Mya datang sangat cepat danmenyebar luas di seantero Myanmar ketika polisi dan tentara menangkap sekitar 50 orang di kota utara Myitkyina. 

Mya Thwate Thwate Khaing, yang baru saja menginjak usia 20 tahun, telah dirawat secara intensif sejak dibawa ke rumah sakit pada 9 Februari. Sebutir peluru tajam bersarang di batokk kepalanya dalam aksi demonstrasi di ibu kota, Naypyitaw.

“Saya merasa sangat sedih dan tidak punya apa-apa untuk dikatakan,” kata kakaknya, Ye Htut Aung.

Baca Juga: Ditemukan di Subang dan Karawang, Ribuan Kotak Oranye Ini Ternyata Berisi Bantuan untuk Korban Banjir

Kematiannya bisa menjadi seruan bagi para pengunjuk rasa yang kembali turun ke jalan pada hari Jumat 19 Februari 2021. Perlawanan rakyat Myanmar kemungkinan semakin keras.

Kematian Mya menandai kematian pertama di antara para penentang kudeta militer 1 Februari sejak mereka mulai berdemonstrasi sejak dua pekan lalu.

"Saya bangga padanya dan saya akan tampil sampai kita mencapai tujuan kita untuknya," kata pengunjuk rasa Nay Lin Htet, 24, dikutip WartaBulukumba dari Reuters, Jumat 19 Februari 2021.

Baca Juga: UIT Gagas Kolaborasi dan Kemitraan Dosen Pengabdian Kepada Masyarakat

Jumat menandai dua minggu demonstrasi harian menentang perebutan kekuasaan oleh militer dan penangkapan veteran kampanye demokrasi Suu Kyi.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah