WartaBulukumba - Myanmar kian mencekam sepekan ini. Di mana-mana kelompok-kelompok yang dibentuk rakyat berpatroli untuk berjaga dari 'penculikan di malam hari.'
Rakyat bersatu untuk berpatroli di jalan-jalan di Yangon dan kota Mandalay, takut akan serangan penangkapan serta kejahatan umum setelah junta memerintahkan pembebasan ribuan napi.
Ribuan demonstran memenuhi jalan di kota-kota besar Myanmar untuk hari kesembilan menentang kudeta pada hari Ahad 14 Februari 2021.
Baca Juga: Uni Eropa meminta Hongaria membiarkan Siaran Radio Oposisi
Malam sebelumnya penduduk membentuk patroli dan tentara membatalkan undang-undang yang melindungi kebebasan.
Dilansir WartaBulukumba dari Reuters, Ahad 14 Februari 2021, Militer Myanmar memberlakukan kembali undang-undang yang mewajibkan orang untuk melaporkan pengunjung yang bermalam ke rumah mereka.
Militer Myanmar pun menangguhkan undang-undang yang membatasi pasukan keamanan untuk menahan tersangka atau menggeledah properti pribadi tanpa persetujuan pengadilan, dan memerintahkan penangkapan pendukung terkenal dari protes massal.
Baca Juga: Uni Eropa meminta China untuk membatalkan larangan siaran BBC
Pasca kudeta Militer Myanmar terhadap pemerintahan sipil, gelombang protes jalanan terbesar dalam lebih dari satu dekade dan telah dikecam oleh negara-negara Barat itu telah mengakibatkan lebih dari 384 orang telah ditahan sejak kudeta, puluhan orang cedera, dan seorang perempuan tertembak.