Network
WartaBulukumba.Com - Di Gaza, setiap sudut jalan berbicara, menceritakan kisah penderitaan dan di sisi lain adalah kisah perlawanan para pejuang Palestina yang tetap membara.
Tangis anak-anak menjadi nada latar yang terlalu sering terdengar. Di balik debu dan reruntuhan, terdapat kehidupan yang terus berjuang.
Dunia tidak tinggal diam. Eropa terus bergerak dalam aksi peduli dan solidaritas. Sementara di Timur Tengah, dari jalan-jalan Irbid di Yordania hingga lorong-lorong kota tua Sanaa, suara kemarahan dan solidaritas terhadap nasib rakyat Palestina bergema, menyeruak melalui batas-batas nasional dan kultural.
Baca Juga: Demonstran Tel Aviv berkata 'Kami akan bakar negara ini' kepada polisi Israel Penjajah
Melalui lensa Quds News Network, ada keberanian di balik kesederhanaan—warga Suriah yang terkumpul, semringah, memberikan sumbangan mereka setelah shalat Jumat.
Mereka, yang juga memiliki luka dan cerita perang mereka sendiri, meregangkan tangan kebersamaan melintasi medan konflik yang memisahkan mereka. Di antara gema doa dan duka, ada harapan yang bersinar, meski remang-remang, di tengah kegelapan.
Sumbangan yang dikumpulkan warga Suriah setelah shalat Jumat, semacam hujan kecil di tengah kekeringan panjang, menjadi saksi bisu atas solidaritas yang transenden batas-batas geografis.
Baca Juga: Kisah-kisah pilu tak terperikan dari Rumah Sakit Al Shifa Gaza
Ribuan warga Yordania, Sanaa, dan pejuang lainnya menyuarakan protes mereka di jalan-jalan, menggema menyerukan perubahan.
