Jumlah korban tewas kini 464 orang di kalangan warga sipil Myanmar

- 30 Maret 2021, 04:05 WIB
Orang-orang berdiri di barikade dalam aksi protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar.
Orang-orang berdiri di barikade dalam aksi protes menentang kudeta militer, di Yangon, Myanmar. /REUTERS

WartaBulukumba - Huru-hara Myanmar belum menunjukkan gelagat akan mereda. Di negeri itu senjata telah diangkat menjadi alat bicara yang paling efektif, khususnya bagi junta militer.

Realitas yang ada terus memvisualisasikan melalui media sosial tentang situasi aksi protes dan kekerasan pemerintahan militer.

Korban-korban dari warga sipil terus meningkat. Grafiknya begitu tajam, menandakan eskalasi gerakan pengunjuk rasa dan tindakan pasukan keamanan kian tak kenal kompromi.

Baca Juga: Gadis Palopo ini dipersunting dokter Jakarta dengan uang panai Rp1 M, 1 unit apartemen, 1 set berlian

Dilansir WartaBulukumba dari Reuters, Penghitungan yang dilakukan kelompok advokasi Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik menyebutkan 464 warga sipil telah terbunuh sejak kudeta 1 Februari.

Selain kekerasan, kerumunan orang menghiasi wajah kota-kota di  seluruh Myanmar setiap hari.

Salah satu kelompok utama di balik gerakan protes, Komite Pemogokan Umum Kebangsaan, menyerukan dalam surat terbuka di Facebook untuk pasukan etnis minoritas agar membantu mereka yang berdiri di atas "penindasan yang tidak adil" dari militer.

Baca Juga: Bupati Bulukumba: Program prioritas sudah harus dirancang

“Organisasi etnis bersenjata perlu secara kolektif melindungi rakyat,” kata kelompok itu.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah