Matinya simbol gerakan literasi di Bulukumba, bekas bangunan Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 terbengkalai

3 Juni 2022, 14:35 WIB
Penampakan situasi terkini bagian dalam bangunan yang pernah menjadi ruang belajar Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 Bulukumba. /Forum Pustaka Bulukumba

WartaBulukumba - Wajah gerakan literasi di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan sedang berusaha mengusap air mata.

Betapa tidak, bangunan yang selama bertahun-tahun digunakan sebagai ruang belajar bersama oleh Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 di salah satu sudut kota Bulukumba ini sekarang terlihat sebagai onggokan material yang tak berguna sama sekali.

Bangunan yang pernah menjadi pusat gerakan literasi di Bulukumba ini sekarang tak berdaya dan tak terurus. Sarang laba-laba telah menggantikan jejeran koleksi buku yang biasanya tertata apik di rak-rak.

Baca Juga: Belajar dengan cara berbeda di SD 73 Kaseseng, membumikan gerakan literasi di Bulukumba

Dinding-dindingnya yang reyot tampak bolong di sana-sini. Sepertinya sebentar lagi akan rubuh menyatu dengan tanah. Sementara pasukan rayap menyerbu dari berbagai penjuru.

Tak ada lagi yang bisa mengenalinya sebagai simbol gerakan literasi di daerah berjuluk Bumi Panritalopi ini.

Bahkan, penggagas Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986, Andhika Mappasomba menyebutkan: "Matinya simbol gerakan literasi di Bulukumba".

Baca Juga: Pencanangan Gerakan Indonesia Membaca di Bulukumba, pegiat literasi: 'Jangan cuma seremoni tanpa aksi'

"Ruang ini pernah mencapai puncak, ketika dikelola oleh Keluarga Besar Sekolah Sastra Bulukumba, seniman kreatif dan salah satu penggiat literasi terbaik yang dimiliki Indonesia, Basmawati Haris," tutur Andhika Mappasomba dengan suara sendu pada Jumat, 3 Juni 2022.

Andhika mengungkapkan, sebagai penggagas dari ruang literasi ini, dirinya merasa sangat kecewa dengan situasi dan kondisi ini di Bulukumba.

"Padahal, dari ruang inilah, kami banyak mencetak prestasi nasional dan bahkan internasional untuk mengharumkan nama Bulukumba, bersama orang dan pihak di belakang layar," ungkapnya.

Baca Juga: Membumikan literasi di Bulukumba, di kafe harus ada space khusus untuk ruang baca

Ruang belajar bersama yang diberi nama Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 itu berdiri dengan inisiatif pemuda dengan kerja sama Pemerintah Kabupaten Bulukumba di era Bupati Zainuddin Hasan.

Bangunan dan pemanfaatannya dirancang oleh Sekolah Sastra dan KNPI.

Sebelumnya, pada pekan lalu, Basmawati Haris, menorehkan narasi kepiluan sebagai penggiat literasi yang pernah mengelola Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 di tempat ini.

Baca Juga: Pustaka RumPut di atas bukit, rumah baca yang terus berdenyut

Dalam posting online di akun media sosialnya, Basmawati Haris mengungkapkan bahwa harinya patah melihat semuaini.

"Patah hatiku melihat ini. Beberapa bulan yang lalu kami meninggalkan rumah ini, rumah penuh kebaikan untuk kami dan ratusan orang yang pernah datang kesini baik untuk belajar, bertamu atau hanya sekedar singgah," tulisnya.

Basmawati Haris juga menjelaskan alasan hengkangnya mereka dari tempat penuh kenangan ini.

"Rumah ini dulu menjadi rumah semua orang yang ingin belajar.
Tapi beberapa bulan lalu kami pindah karena kontrak peminjaman tempat tak lagi diperpanjang," ungkapnya.

Basmawati Haris dan para relawan lainnya berharap sepeninggal mereka maka akan ada yang menempati dan merawat tempat ini sebagaimana mereka melakukan hal itu sebelumnya.

"Kami meninggalkan tempat ini dengan rela dan pasrah serta penuh harapan bahwa setelah kami, akan ada yang menempati tempat ini dan merawatnya seperti kami merawatnya dengan penuh cinta. Bagi orang yang pernah datang ke rumah baca ini pasti tahu bagaimana saya dan beberapa relawan terus merawat dan menjaga rumah ini," kata Basmawati Haris.

"Namun begini kondisinya sepeninggal kami. Saat berkunjung kemarin anak-anak yang bermain langsung menyapa kami karena memang sudah lama kami tak bertemu anak-anak yang dulunya setiap hari datang belajar di sini. Mereka langsung melaporkan keadaan rumah ini, dan mulai bertanya kenapa rumah baca ini tak pernah lagi dibuka untuk mereka belajar.

Saat berkunjung Basmawati Haris mengaku tak kuasa menahan air matanya.

Rumah penuh kenangan dan sangat bersejarah itu kini rapuh dan mulai tak terawat.

"Besok, semoga Tuhan memberi saya rezeki yang banyak untuk membangun rumah baca ini sendiri di tanah milik sendiri sehingga siapapun tak ada yang berhak memintaku untuk pergi," tandas Basmawati Haris.

Telusur WartaBulukumba.com, bangunan bekas Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 masuk dalam area Taman Nursery dan dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Bulukumba.

Disclaimer: Hingga berita ini diturunkan, pihak DLKH Bulukumba yang dimintai konfirmasi oleh WartaBulukumba.com mengenai hal ini belum memberikan tanggapan.***

Editor: Alfian Nawawi

Tags

Terkini

Terpopuler