Pendekatan kultural sang muballigh komplit di Bulukumba, Andy Satria              

- 6 Mei 2022, 06:00 WIB
Pendekatan kultural sang muballigh komplit di Bulukumba, Andy Satria                 
Pendekatan kultural sang muballigh komplit di Bulukumba, Andy Satria               /Dok. Andy Satria

Sejak remaja, ayah dari satu anak ini beberapa kali memenangkan lomba da’i di antaranya pernah mewakili Bulukumba sebagai Da’i Kamtibmas utusan Polres Bulukumba di Polda Sulselbar.

Baca Juga: Mochtar Pabottingi, cendekiawan nasional dari Bulukumba dalam sastra dan politik yang holistik

Masyarakat Bulukumba rupanya sangat mencintai muballigh ini. Pada Juni 2013, nama Andy Satria termasuk ke dalam daftar pegawai yang akan dimutasi ke Kabupaten Enrekang. Sontak, berbagai elemen masyarakat menolak rencana mutasi tersebut. Bahkan beberapa ormas menyiapkan aksi demo menolak mutasi itu. Gelombang protes itu kemudian berbuah hasil, muballigh yang mereka cintai tidak jadi dimutasi.

Di sela-sela aktivitas dunia dakwah, Andy Satria sehari-hari mengajar sebagai dosen di STAI AL Ghazali Bulukumba sejak tahun 2013. Muballigh muda ini mengaku, aktivitas padat membuatnya selalu tertunda menulis buku.

Terkait dunia dakwah yang banyak mengalami tantangan di zaman yang serba tidak terbayangkan bentuknya ini, Andy Satria memiliki trik-trik khusus.

Baca Juga: Prof Dr Mattulada cendekiawan dan tokoh sastra nasional dari Bulukumba dengan karya-karya yang mendunia

“Berdakwah di tengah masyarakat yang kondisinya sudah terlanjur seperti ini saya menggunakan metode pendekatan kultural,” katanya.

Muballigh muda yang suka guyon ini menjelaskan tentang latar belakang gaya dakwahnya, bahwa kalau dilacak dari sudut terminologi, dakwah memang belum pernah mendapatkan definisi secara eksplisit dari Nabi Muhammad SAW, berbeda dengan istilah puasa, zakat dan haji yang telah ditarik menjadi istilah yang sakral yang mengacu kepada bentuk peribadatan khas dalam Islam.

 “Karena tidak adanya definisi atau petunjuk yang baku dari Nabi Muhammad SAW mengenai dakwah, maka keadaan inilah yang pada gilirannya memberikan ruang gerak penafsiran yang bebas bagi para pengikuti Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.

Andy Satria menyatakan bahwa sebagian dari para ulama atau pemikir Islam ada yang memaknai dakwah sebagai panggilan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu. Sebagian lagi ada yang memaknai dakwah sebagai suatu aktifitas yang berorientasi pada pengembangan masyarakat Muslim dengan wujud kongretnya adalah terciptanya rasa keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan.

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x