Mochtar Pabottingi, cendekiawan nasional dari Bulukumba dalam sastra dan politik yang holistik

- 4 Mei 2022, 09:00 WIB
Prof Dr Mochtar Pabottingi, cendekiawan nasional dari Bulukumba
Prof Dr Mochtar Pabottingi, cendekiawan nasional dari Bulukumba /Dok. Mochtar Pabottingi

WartaBulukumba - Kecintaannya pada buku bermula dari rumah orangtuanya yang terletak tiga kilometer dari kota Bulukumba.

Pabottingi, ayahnya adalah seorang gerilyawan di Bulukumba yang dikenal sangat keras sebagai penentang Belanda.

Sebelum bergerilya masuk hutan, ayahnya membelikan buku pelajaran membaca berjudul “Si Didi dan Si Minah” ketika usianya genap lima tahun. Buku itu dilahap habis.

Sang cendekiawan ini pemilik rambut yang berombak dan memutih. Bahasa lisannya selalu persis sebagaimana bila ia menuangkannya dalam tulisan. Ujarannya tersusun rapi dengan bahasa Indonesia yang begitu prima. Amat jarang di Indonesia kita bisa mendapati orang seperti itu, lisan dan tulisan bagai saudara kembar. Dia seorang analis politik terkemuka Tanah Air.

Baca Juga: Menyibak Bulukumba Toa 1900-1911 dari catatan antropolog Belanda

Kegemaran membaca, khususnya karya sastra, berlanjut. Mochtar yang ketika remaja tergolong nakal, jatuh hati pada puisi Soekarno berjudul "Berdiri Aku" yang bercerita tentang kecintaan kepada Tanah Air.

Dinukil dari buku "Inspiring Bulukumba" yang ditulis Alfian Nawawi, penerbit Mafazamedia tahun 2014, Mochtar Pabottingi lahir di Barebba, Bulukumba, Sulawesi Selatan, 1945.

Ia adalah seorang peneliti dan penulis Indonesia, terutama puisi. Sejumlah puisinya dipilih Linus Suryadi AG dimuat dalam antologi puisi Tonggak 3 (1987). Kemudian puisinya dari antologi Tonggak 3 tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dimuat dalam antologi puisi On Foreign Shores: American Images in Indonesian Poetry (1990).

Baca Juga: Menyingkap 'baku puli' di Bulukumba Sulawesi Selatan, tradisi seserahan penuh filosofi di acara pernikahan

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x