Prof Dr Mattulada cendekiawan dan tokoh sastra nasional dari Bulukumba dengan karya-karya yang mendunia

- 4 Mei 2022, 08:00 WIB
Prof Dr Mattulada
Prof Dr Mattulada / identitasunhas.com

WartaBulukumba - Prof Dr Mattulada merupakan satu-satunya putra Bulukumba yang pernah dinobatkan sebagai cendekiawan dan tokoh sastra nasional karena karya-karya besarnya. Salah satu sosok penting di balik berdirinya Universitas Hasanuddin.

Dialah yang menghadap Presiden RI untuk mendesak berdirinya sebuah PTN di Makassar.

Di awal tahun 1956, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yang waktu itu Bahder Djohan berkunjung ke Makassar.

Baca Juga: Nenek moyang bangsa Madagaskar ternyata berasal dari Nusantara

Saat sedang berada di Tamalanrea, Mattulada bersama kawan-kawannya ‘menghentikan’ mobil yang ditumpangi menteri dan beberapa tokoh pendidikan saat itu. Keperluannya tak lain hanya mendesak Mendikbud untuk membangun PTN di Makassar. Bahder hanya mengangguk-angguk dan meminta Mattulada dan temannya bersabar. Tak puas dengan ucapan lisan, Mattulada menyodorkan kertas putih sambil meminta Bahder membuat surat tanda setuju. Setelah Bahder menuruti keinginan para pemuda itu, barulah mobilnya dilepas pergi.

Tak berselang lama, datanglah Soekarno di kantor gubernur untuk menyatakan pendirian PTN dan menamainya Universitas Hasanuddin. Beberapa bulan kemudian, Mohammad Hatta datang meresmikannya.

Selain menjadi sosok di balik berdirianya Unhas, Prof Mattulada juga pernah menjabat sebagai ketua guru besar Unhas dan Rektor Universitas Tadulako. Ia juga pernah dinobatkan sebagai cendekiawan dan tokoh sastra nasional karena karya-karya besarnya.

Baca Juga: Bapak Pramuka Sedunia Baden Powell

Dinukil dari buku berjudul "Inspiring Bulukumba" yang ditulis Alfian Nawawi, penerbit Mafazamedia tahun 2014, Prof Dr Mattulada merupakan satu-satunya putra Bulukumba yang pernah dinobatkan sebagai cendekiawan dan tokoh sastra nasional karena karya-karya besarnya. Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) 2012 mengganjarnya dengan penghargaan untuk dua buku karyanya yang mendunia: “Latoa, Sebuah Deskripsi Analitik Antropologi Politik Bugis” dan “Mencari Bugis di Asia Tenggara.”

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x