Menelusuri Kajang dari pojok sejarah dan geografi

- 3 Oktober 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi: Menelusuri Kajang dari pojok sejarah
Ilustrasi: Menelusuri Kajang dari pojok sejarah /Instagram.com/@kareba.rikajang

WartaBulukumba - Kajang, terkhusus pada kawasan adat Ammatoa Kajang, merupakan sumur yang melimpah bagi filosofi dan kearifan lokal.

Ammatoa Kajang adalah juga tempat belajar bagaimana memberikan perlakuan istimewa terhadap lingkungan, budaya, dan seni.

Jika jauh melintasi waktu ke masa lalu dan mampir ke zaman kolonial Belanda, sejarah mencatat Kajang merupakan salah satu distrik dari 14 distrik. Masa itu Kajang dikendalikan dalam bentuk Onderafdeling Bulukumba.

Baca Juga: Hari Tani Nasional, refleksi pertanian Indonesia melawan kapitalisme

Sistem pemerintahan seperti ini, berlangsung sampai masa penyerahan kedaulatan. Setelah penyerahan kedaulatan istilah Onderafdeling berubah menjadi Kewedanan.

Beberapa literatur bisa dijadikan acuan yang cukup komprehensif ihwal sejarah, geografi, dan demografi Kajang.

Dua di antaranya yaitu buku berjudul Profil Daerah Kabupaten Bulukumba yang disusun oleh Sufadirman, dkk. 2008, diterbitkan oleh Pemda Kabupaten Bulukumba dan buku yang ditulis oleh Yusuf Akib berjudul Ammatoa Komunitas Berbaju Hitam, penerbit Pustaka Refleksi, tahun 2008.

Baca Juga: Dasar Negara Pancasila dan Islam dalam pemikiran Mohammad Natsir

Berdasarkan Undang-undang No. 29 Tahun 1959, Kewedanan Bulukumba menjadi kabupaten yang terdiri dari tujuh kecamatan.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x