Sejarah Hari Ibu yang dirayakan setiap tanggal 22 Desember

20 Desember 2022, 19:29 WIB
Ilustrasi Hari Ibu - Sejarah Hari Ibu yang dirayakan setiap tanggal 22 Desember /WartaBulukumba.com

WartaBulukumba - Dalam telusur sejarah, Hari Ibu beranjak dari gelora perjuangan para perempuan Indonesia yang menyala pada zaman kolonial Belanda.

Kongres Perempuan Indonesia pertama yang me-monumental itu dilanjutkan kemudian pada tahun 1938 dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan III di Bandung.

Kongres para perempuan Indonesia ini diselenggarakan pada tanggal 22-25 Desember 1928.

Baca Juga: Tahukah Anda? Inilah asal usul nama beberapa desa dan kelurahan di Bulukumba

Kongres tersebut bertujuan untuk menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia dalam satu organisasi yakni Perhimpunan Perempuan Indonesia.

Lalu lahirlah sebuah keputusan penting yakni suara bulat mufakat para perempuan Indonesia dalam kongres menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.

Dalam buku berjudul "Kongres Perempuan Pertama" yang ditulis Susan Blackburn, diterbitkan tahun 2007 oleh Yayasan Obor Indonesia, diuraikan ihwal Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928 merupakan tonggak sejarah bagi pergerakan perempuan Indonesia. Hari ulang tahun kongres tersebut dirayakan sebagai Hari Ibu.

Baca Juga: Muballigh Bulukumba ingatkan gempa akan selalu terjadi jika hukum diselewengkan

Salah satu literatur yang cukup komprehensif tentang bagaimana para tokoh perempuan Indonesia mencatatkan sejarah perjuangannya dapat juga ditelusuri dalam buku "Sejarah Organisasi Perempuan Indonesia: 1928-1998" yang ditulis oleh Mutiah Amini, diterbitkan Gadjah Mada University Press tahun 2021.

Berlangsung di Yogyakarta, para pejuang perempuan Indonesia dari Jawa dan Sumatera berkumpul untuk mengadakan Kongres Perempuan Indonesia pertama.

Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta menjadi saksi sejarah berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera yang kemudian melahirkan terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Baca Juga: Melihat teknologi dan peran ganda komputer di era milenial dalam 'Sabda Teknologi' Rumah Buku Bulukumba

Sejatinya, sejak tahun 1912 sudah ada organisasi perempuan.

Pejuang-pejuang perempuan pada abad ke 19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.

Hal itu menjadi latar belakang dan tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia, dan memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib bagi kaum perempuan.

Baca Juga: Ikuti Sumpah Pemuda, diam-diam Andi Sultan Daeng Radja berangkat dari Bulukumba ke Batavia

Pada Kongres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.

Banyak hal besar yang diagendakan namun tanpa mengangkat masalah kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu menuangkan pemikiran kritis dan upaya-upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan.

Pada Juli 1935 dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II, dalam konggres ini dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang.

Baca Juga: Waktu berlalu begitu cepat, ini penjelasannya dalam Al Quran dan Hadits Shahih

Penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Dan puncak peringatan Hari Ibu yang paling meriah adalah pada peringatan yang ke 25 pada tahun 1953. Tak kurang dari 85 kota Indonesia dari Meulaboh sampai Ternate merayakan peringatan Hari Ibu secara meriah.

Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu adalah setelah Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.

Pada awalnya peringatan Hari Ibu adalah untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Misi itulah yang tercermin menjadi semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama.***

 

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler