WartaBulukumba.Com - Di Bulukumba, setiap tetes air pandan dan butir tepung beras membawa kisah - sebuah perjalanan kuliner yang berakar dalam sejarah dan tradisi. Di sana, membuat cendol bukan hanya tentang menggabungkan bahan-bahan, melainkan juga tentang memadukan kenangan masa lalu dengan kebahagiaan masa kini.
Di setiap mangkuk cendol, terdapat cerita tentang persiapan menyambut waktu berbuka yang dinanti, di mana keluarga berkumpul, berbagi tawa dan cerita.
Senja di Bulukumba saban menjelang buka puasa, tak hanya membawa redup cahaya, tetapi juga aroma dan rasa yang menggugah selera. Saat adonan cendol mulai meletup di atas api, aroma pandan dan suji merebak, mengingatkan pada hari-hari Ramadhan yang telah lama berlalu.
Baca Juga: Membongkar rahasia dapur emak-emak Bulukumba: Resep kolak sukun yang paling enak
Berikut resep es cendol beras yang paling enak ala Bulukumba yang bisa Anda coba di rumah.
Bahan-bahan
- 700 ml air putih
- 100 ml air perasan daun pandan dan suji
- 100 gram tepung hunkwe
- 50 gram tepung beras
- 1 sendok teh garam halus
Bahan Pelengkap
- santan kental
- gula aren
- tape ketan hitam
Baca Juga: Jelajah kuliner Ramadhan di Bulukumba: Resep kolak pisang topping durian
Cara Membuat
Persiapan Adonan
Campurkan air, air perasan daun pandan dan suji, tepung hunkwe, tepung beras, dan garam dalam panci. Aduk rata hingga tidak ada gumpalan.
Pematangan Adonan
Masak adonan di atas kompor dengan api sedang. Aduk terus hingga adonan mengental dan mulai meletup-letup. Angkat dan sisihkan.
Baca Juga: Resep es pisang ijo kekinian vla sumsum ala milenial Bulukumba
Pembentukan Cendol
Siapkan wadah berisi air dingin atau air matang yang sudah dicampur dengan es batu. Gunakan cetakan cendol atau sarangan panci kukus, letakkan di atas wadah air. Tuang adonan ke dalam cetakan dan tekan dengan sendok hingga cendol terbentuk dan jatuh ke dalam air dingin. Ulangi hingga adonan habis.
Penyajian
Taruh cendol dalam mangkuk, tambahkan santan kental, gula aren, dan tape ketan hitam.
Penyajian es cendol sendiri adalah sebuah ritual. Saat santan kental bertemu dengan butiran cendol hijau, disusul oleh manisnya gula aren dan tekstur unik dari tape ketan hitam, terciptalah simfoni rasa yang sempurna.
Di setiap tegukan, ada harmoni yang memanjakan lidah dan menyentuh hati, membawa kita ke suatu tempat yang akrab di ingatan, tempat dimana waktu seolah berhenti, hanya untuk menikmati kesederhanaan dan kehangatan berbuka.***(Israwaty Samad)