Puasa dan kesehatan mental: Sebuah analisis ilmiah dan budaya

7 Maret 2024, 05:00 WIB
Ilustrasi - Puasa dan kesehatan mental: Sebuah analisis ilmiah dan budaya /PIXABAY/Mohamed_hassan

WartaBulukumba.Com - Dalam rentang sejarah dan keanekaragaman budaya, puasa telah menjadi praktik yang universal. Dari ritual keagamaan hingga tren kesehatan modern, puasa telah menunjukkan multifasetnya. Namun, dampaknya terhadap kesehatan mental sering kali kurang mendapat sorotan dibandingkan dengan manfaat fisiknya.

Bagaimanakah hubungan dinamis antara puasa dan kesehatan mental, mengintegrasikan perspektif ilmiah dan budaya?

Studi-studi terkini menunjukkan bahwa puasa memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental. Mekanisme biologisnya, seperti pengaruh terhadap neurotransmitter otak, membantu dalam regulasi mood dan emosi.

Baca Juga: Manfaat puasa Ramadhan bagi kesehatan jantung

Puasa dan Kesehatan Mental

Dampaknya terhadap keseimbangan hormon, termasuk hormon stres seperti kortisol, juga berperan penting dalam kesehatan mental. Lebih jauh, puasa mengajarkan kedisiplinan diri dan kontrol diri, yang keduanya penting untuk kesehatan mental yang baik.

Beragam studi telah dilakukan untuk mengevaluasi efek puasa terhadap kesehatan mental. Penelitian mengenai hubungan puasa dengan penurunan gejala depresi dan kecemasan menunjukkan hasil yang positif.

Selain itu, efek puasa dalam menyeimbangkan hormon dan menurunkan tingkat stres juga telah didokumentasikan.

Baca Juga: Menjaga kesehatan selama menjalankan puasa Ramadhan: Nutrisi penting saat sahur dan berbuka

Manfaatnya mencakup peningkatan mood, pengurangan stres, serta penanganan depresi dan kecemasan. Namun, praktik ini harus dilakukan dengan pendekatan yang sehat dan bertanggung jawab, mengingat kebutuhan dan batasan tubuh masing-masing individu

Kita bisa menelusuri "The Psychobiology of Mind-Body Healing" oleh Ernest Lawrence Rossi yang menyajikan perspektif ilmiah mengenai interaksi antara puasa, ritme biologis, dan dampaknya pada kesehatan mental. Buku ini menawarkan wawasan dalam memahami bagaimana puasa dapat memengaruhi dan mendukung fungsi mental dan emosional manusia.

Dalam jurnal "New England Journal of Medicine", terdapat artikel berjudul "Effects of Intermittent Fasting on Health, Aging, and Disease" yang menggali lebih dalam mengenai dampak puasa intermiten, khususnya terhadap kesehatan mental dan neurologis. Artikel ini memberikan bukti ilmiah mengenai bagaimana puasa intermiten dapat berkontribusi pada pencegahan dan pengelolaan berbagai masalah kesehatan mental.

Baca Juga: Harmoni tubuh dan jiwa: Kesehatan dalam cahaya puasa

Situs web Mayo Clinic, khususnya di bagian kesehatan mental, menyediakan informasi yang didasarkan pada bukti ilmiah mengenai pengaruh diet dan puasa terhadap kesehatan mental. Sumber ini menjadi referensi terpercaya bagi para pembaca yang mencari informasi yang valid dan terverifikasi oleh ahli.

R. Michael Anson dalam studinya yang diterbitkan di "The Journal of Nutrition" dengan judul "Fasting and Its Impact on Brain Function" mengulas bagaimana puasa dapat memengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental secara keseluruhan. Studi ini memberikan wawasan tentang peran puasa dalam neurologi dan psikologi.

Selanjutnya, "Intermittent Fasting and Mental Health: A Review of Human and Animal Studies", yang terbit di "The International Journal of Environmental Research and Public Health", adalah sebuah review yang menyatukan berbagai penelitian mengenai dampak puasa intermiten terhadap kesehatan mental. Review ini memberikan analisis komprehensif tentang berbagai temuan penelitian di bidang ini.

Setiap sumber ini menyumbang pengetahuan berharga dalam memahami dinamika puasa dan efeknya terhadap kesehatan mental, membantu pembaca memperoleh pemahaman yang holistik tentang topik ini.

Sejarah dan Budaya Puasa

Puasa, terjalin erat dengan berbagai tradisi dan agama, telah menjadi bagian dari peradaban manusia sejak zaman kuno.

Dalam agama Hindu, puasa dianggap sebagai sarana untuk mencapai pencerahan spiritual, sementara dalam agama Buddha, praktik ini diperuntukkan bagi pencapaian ketenangan pikiran.

Yom Kippur dalam tradisi Yahudi dan Ramadan dalam Islam juga merupakan contoh signifikan dari puasa sebagai praktik keagamaan. Namun, dengan berlalunya waktu, puasa telah bertransformasi dan dianut dalam konteks yang lebih luas, termasuk dalam kesehatan dan gaya hidup modern.***(Israwaty Samad)

Editor: Sri Ulfanita

Tags

Terkini

Terpopuler