Wabah Covid-19 Myanmar lebih berbahaya dibanding kudeta 1 Februari

- 30 Mei 2021, 20:25 WIB
Lelah hadapi covid-19, warga India dirikan patung dewi corona untuk disembah.
Lelah hadapi covid-19, warga India dirikan patung dewi corona untuk disembah. /Antara/

WartaBulukumba - Sesak napas, demam, dan tanpa oksigen ekstra bisa lebih berbahaya dari kudeta 1 Februari di Myanmar hari ini.

Pasien virus corona baru di sebuah rumah sakit dekat perbatasan Myanmar dengan India menyoroti ancaman terhadap sistem kesehatan yang hampir runtuh sejak Revolusi Musim Semi 'mekar' berdarah.

Ada tujuh pasien Covid-19 di Rumah Sakit Cikha dirawat siang dan malam. Sementara sejumlah paramedis terbunuh dalam protes terhadap junta militer.

Dilansir WartaBulukumba.com dari Reuters, Ahad 30 Mei 2021, Kepala perawat Lun Za En mengaku memiliki teknisi lab dan asisten apoteker namun mereka lebih banyak menawarkan kata-kata motivasi dan parasetamol.

Baca Juga: Ethiopia memprotes Amerika Serikat pada unjuk rasa pro-pemerintah

"Kami tidak memiliki cukup oksigen, cukup peralatan medis, cukup listrik, cukup dokter atau cukup ambulans," Lun Za En, mengatakan kepada Reuters dari kota berpenduduk lebih dari 10.000 jiwa itu.

"Kami beroperasi dengan tiga staf, bukan 11," ungkapnya.

Kampanye anti-Covid Myanmar kandas bersama dengan sistem kesehatan lainnya setelah militer merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, yang pemerintahnya telah meningkatkan pengujian, karantina, dan perawatan.

Baca Juga: TWK KPK berisi 13 'pertanyaan aneh', netizen: Bukan Wawasan Kebangsaan tetapi Wawasan Komunisme

Halaman:

Editor: Sri Ulfanita

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah