Dalam kapitalisme, manifes itu sendiri berada dalam konflik antara kelas pemerintahan yang mengendalikan alat produksi dan kelas buruh yang dikenal sebagai proletariat yang dapat diperalat dengan menjual tenaga buruh mereka sebagai balasan untuk upah.
Pertentangan teori di kepala Karl Marx
Di kepala Karl Marx, agama bukanlah petunjuk bagi umat manusia, tapi ia adalah kerangkeng atau jeratan. Marx mengatakan, “Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world and the soul of soulness conditions. It is the opium of the people”.
Baca Juga: Kerja paksa di Xinjiang coba ditutupi oleh China?
Kutipan terkenal ini merepresentasikan posisi Marx ketika berhadapan dengan agama. Agama hanyalah keluh kesah dari mahluk tertindas, kemudian ia hanyalah opium. Agama bukan petunjuk, tapi ia tak lebih dari masalah dari manusia itu sendiri. Alih-alih memberikan petunjuk untuk melepaskan diri dari sebuah masalah, ia malah menjadi opium atau penenang.
Pertanyaannya, bagaimana Marx bisa sampai kepada kesimpulan tersebut? Dan bagaimana Marx memandang realitas agama itu sendiri?
Alienasi merupakan konsep yang sangat krusial dalam pandangan Marx tentang agama. Konsep tentang alienasi ini ia adopsi dari Hegel dan juga Feuerbach.
Baca Juga: Bentuk cinta, prajurit TNI Kodim 1411 Bulukumba bersihkan Taman Makam Pahlawan
Meskipun ia terinspirasi oleh Feuerbach, tapi setidaknya Marx pun memberikan kritik pula terhadapnya.
Dari Hegel lah konsep alienasi itu muncul. Namun alienasi ini di tangan Hegel masih bercorak idealis. Dalam artian, alienasi yang terjadi di dalam realitas, masih dianggap sebagai alienasi yang terjadi di dalam tataran non-material atau idea. Sehingga konsep alienasi Hegel ini tidak dianggap terjadi di dalam tatanan material.