Buku matematika kuno berusia 140 tahun menyibak Indonesia zaman dulu

- 18 Maret 2021, 04:00 WIB
Buku kuno matematika berusia 140 tahun yang menjelaskan tentang Indonesia.
Buku kuno matematika berusia 140 tahun yang menjelaskan tentang Indonesia. /Tangkap Layar Facebook @KhirJohari
 
WartaBulukumba - Mesin waktu yang paling ril adalah buku. Ia diam tapi menembus zaman. Tanpa bunyi dan transisi ia berisi teks-teks yang datang dari masa silam.
 
Sebuah buku matematika berusia 140 tahun mengungkap kondisi kehidupan bangsa Indonesia pada zaman dulu. Diterbitkan pada era kolonial Belanda.
 
Pada sampulnya tertulis "Inilah ‘Beberapa Hitoengan’ akan dipergoenaken di Sekola Malajoe terkarang oleh R. Brons Middel. Kitab Jang Pertama." Dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) kurang lebih artinya adalah: "Materi Pelajaran Matematika untuk Sekolah Melayu, Penyusun: R. Bronds Middel, Cetakan Pertama."
 
 
Untuk mengetahui penerbit dan pihak percetakannya, tertulis 'Tertjitak' di Bandar Betawi pada Pertjitakan Gowernemen, 1881. Berarti buku ini dicetak di Indonesia, tepatnya di Jakarta (zaman sekarang) yang pada zaman dulu dikenal sebagai Pelabuhan Sunda Kelapa atau Betawi atau Batavia.
 
Pemilik buku istimewa ini bernama Khir Johari. Dia memposting foto-foto yang memperlihatkan sampul dan beberapa bagian dalam dari buku ini di akun Facebook-nya pada 7 Maret 2021.
 
Memulai sebuah deskripsi yang cukup panjang, dia menuliskan prolog: "Saya melewati semua 200 masalah sebagian besar kata untuk sekolah dasar (SD). Dan berikut berbagi beberapa pikiran, atau hal-hal yang saya pelajari dari volume matematika antiquarian ini."
 
 
"Tidak, ini bukan tentang angka. Buku ini menceritakan lebih banyak tentang manusia sehari-hari, kehidupan sehari-hari orang pada titik yang berbeda dalam waktu. Ini memberi kita pandangan seluruh dunia tentang masyarakat, budaya dan orang-orang," lanjutnya.
 
Terungkap setidaknya 19 'penemuan baru' yang telah disusun oleh Khir Johar berdasarkan penelusuranya terhadap isi buku tersebut.
 
Istilah 'Bahasa Indonesia' pasca kemerdekaan hanya dikenal sebagai Bahasa Melayu (dalam ejaan Belanda tua: Malajoe) seperti yang juga digunakan dalam surat kabar, majalah dan buku-buku zaman kolonial.
 
 
Kedua, kata Batavia dan Ratu Timur, berdasarkan cara orang Belanda menyebutnya sebagai kota kosmopolitan. Terdapat banyak referensi untuk ' orang Arab ', ' orang Tjina ', ' orang Djawa' dan ' orang Madoera'. 

Soal-soal dalam buku matematika kuno ini menggambarkan ketimpangan gender pada zaman Indonesia kuno dengan sangat baik. Buku matematika kuno itu mengungkapkan kesenjangan upah gender antara laki-laki dan perempuan, dengan perempuan selalu berpenghasilan paling rendah.

Kata-kata yang ditampilkan dalam buku kuno itu jarang digunakan saat ini. Beberapa di antaranya seperti kata 'anggur', bukan 'wine', yang digunakan untuk menyebut minuman anggur. Saat ini 'anggur' masih digunakan, tetapi hanya untuk merujuk pada buahnya sendiri, yakni anggur.

Baca Juga: Anak-anak sekolah di AS menuntut sekolah segera dibuka kembali

Berdasarkan buku ini menurut Khir Johari, Belanda dan Prancis adalah yang paling awal menggunakan variasi unit metrik (1816). Sebagai perbandingan, Inggris hanya mengadopsi sistem metrik pada tahun 1965. Tetap kita temui ukuran vernakular juga misalnya 1 pikul = 100 Kati. Pada tahun 1831, 1 pikul = 60 kg. Dan 1 lusin (1 loesin) itu 12 biji & 1 gross (1 gros) itu 144 buah.
 
Bagaimana orang-orang Melayu Batavia atau orang-orang dari dunia berbahasa Melayu mengatakan: 'seminggu'?
 
Sepekan berdasarkan pasar mingguan, seminggu berdasarkan hari gereja Portugis yakni: domingo, atau sejumat berdasarkan hari suci Muslim yakni: Jumat.
 
 
Istilah-istilah untuk menyebut beberapa jenis pekerjaan yang ditemukan dalam buku kuno ini adalah: cousie, tailor, tukang kebun, tukang cuci, tukang masak, pelayan, kusir, stablehand, pengawas, tukang kayu dan artis batik.
 
Berikut ini adalah daftar singkat beberapa kata yang ditemukan dalam buku ini yang sudah terlupakan dan jarang digunakan di zaman sekarang:
 
anggur= wine (buah anggur= grapes) 
nyiur= kelapa
krambil= (nama lain untuk bahan kuintessensial dalam gastronomi Malaya: kelapa
pedati= banteng atau gerobak kuda
kain tjita= chintz, kain katun pesisir coromendal yang populer di kalangan elit Nusantara
kamedja= baju berkerah, dari camisa Portugis
oentjang (uncang) tas tali tarik
selisih= differ
berlepau= untuk mengoperasikan warung makanan
induk= mother, as in kapal induk (mothership )
destar= taplak kepala (norma untuk pria).
 
 
Penggunaan 'si' sebelum sebuah nama sebagai bentuk hormat ketika orang yang disebut tidak hadir.
 
Dari Filipina, misalnya Si Mark, Si Anna. Ke tanah Batak misalnya Si Roha, Si Maruli. Dalam buku ini kita juga bertemu Si Djani, Si Amat dan kawan-kawan!
 
Hal yang tidak berubah selama ratusan tahun: penghasilan wanita lebih rendah daripada pria. Celah upah gender muncul dalam masalah kata di sini. Menyedihkan.
 
 
Muncul nama-nama kota atau tempat di Nusantara, antara lain: Soerabaya, Netherlands, Solo, Gunung Semeroe, Djokja, Semarang.
 
Muncul beberapa kali dalam teks kata 'merantau' yang berarti berkelana mencari nafkah atau meninggalkan kampung halaman untuk mencari rezeki di tempat lain. Hal ini selalu menjadi norma di kalangan masyarakat Nusantara.
 
Keterampilan matematika lainnya dibutuhkan: fraksi, menyelesaikan persamaan, memahami kedunguan, waktu dan usia.
 
 
Pada tahun 1881 di Batavia, disebut 'pukul 8 malam' (8 pm). Ekspresi saat ini 'jam 8 malam'.
 
Membuat perbedaan antara kain pandjang (kain lepas yang tidak dijahit) dan kain sarung (stiched, tubular cloth) - menyinggung bahwa ketika memakai kebaya (blus) tidak selalu berpasangan dengan sarung. Atasan kebaya bisa cocok dengan kain pandjang.
 
Dengan pertanyaan yang menyatakan 'orang kampoeng' ini dan itu membedakan orang-orang di daerah pedesaan dari mereka yang berada di pengaturan perkotaan dan gaya hidup mereka.
 
 
Ada pula sekilas tentang suami dan budidaya. Contoh kehidupan nyata dalam memecahkan masalah yang melibatkan kebun buah, perkebunan kelapa, penghasilan dari hasil panen, membesarkan bebek dan ayam dan menjual sapi di pasar.
 
Bagi pecinta makanan, buku kuno ini memiliki soal yang meliputi: mentega, kentang, daging, nasi, keju, telur, jagung, angsa, domba, kambing, mangga, limau (jeruk), duku, manggis dan anggur.
 
Buku ini untuk membantu pengetahuan matematika pada zaman itu. Sebuah buku matematika yang di zaman sekarang justru menjadi sumber pengetahuan sejarah dan disiplin ilmu lainnya.***

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x