Bola JabbaE, rumah tua saksi bisu pembantaian pemuda pejuang di Palampang Bulukumba

- 23 Oktober 2022, 09:51 WIB
Bola Jabbae, rumah saksi sejarah pembantaian pemuda pejuang yang dilakukan tentara Belanda di Palampang. Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Bola Jabbae, rumah saksi sejarah pembantaian pemuda pejuang yang dilakukan tentara Belanda di Palampang. Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. /WartaBulukumba.com/Alfian Nawawi

Puang Rosmani juga mengisahkan, kolong rumah Bola JabbaE dijadikan oleh serdadu Belanda menampung para tawanan.

Para tawanan yang terdiri dari para pemuda pejuang yang ditangkap itu tidak pernah lama ditawan sebab beberapa hari sesudahnya mereka semua pada akhirnya ditembak mati. Hampir setiap hari secara bergiliran, serdadu-serdadu Belanda melakukan patroli hingga jauh ke pinggiran hutan dan sungai di tepi Desa Palampang.

Salah satu kawasan hutan penuh rawa-rawa bernama Liku Bajang yang menjadi tempat persembunyian para pejuang pernah dibombardir habis-habisan oleh pasukan Belanda. Para pejuang di tempat tersebut banyak yang gugur dan sisanya yang masih hidup ditawan Belanda.

Hampir setiap hari pula pasukan Belanda pulang membawa beberapa orang pemuda pejuang yang berhasil mereka tangkap. Pada masa perang kemerdekaan itu, banyak orang Indonesia yang menjadi pengkhianat perjuangan.

Puang Rosmani menuturkan, jumlah pengkhianat perjuangan nyaris seimbang dengan jumlah para pemuda pejuang. Keadaan itulah yang menyebabkan para pemuda pejuang mengalami kesulitan dalam pergerakan mereka melawan Belanda. Setiap hari ada saja pemuda pejuang yang ditangkap.

“Begitulah resiko yang harus dialami oleh pejuang-pejuang kita. Memang dalam setiap perjuangan akan selalu ada yang namanya pengkhianatan,” kata Puang Rosmani.

Pada tahun 1949, dalam perundingan yang dikenal dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag negeri Belanda antara pemerintah Indonesia dengan Belanda menghasilkan kesepakatan gencatan senjata. Tentara Kerajaan Belanda pun didesak oleh PBB untuk segera meninggalkan Indonesia.

Pada saat itulah, para pemuda pejuang dengan pasukan Belanda di Palampang juga mematuhi perjanjian gencatan senjata tersebut. Eksekusi tembak mati yang setiap hari terjadi hampir di halaman Bola JabbaE pun dihentikan.

Situasi yang mulai membaik ini sebagai pra-kondisi pemulangan seluruh pasukan Belanda dari wilayah Republik Indonesia.

Pada saat gencatan senjata mulai berlangsung, seorang pemuda pejuang bernama Muhammad lebih memilih untuk melanjutkan perang gerilya di hutan melawan pasukan Belanda.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x