WartaBulukumba - Bulukumba pada sebuah hari dan tanggal yang tidak tercatat.
Meski begitu, lamat-lamat tahun kejadian itu terekam dalam benak Puang Rosmani, saksi sebuah peristiwa pembantaian pemuda pejuang.
Peristiwa berdarah itu adalah salah satu jejak sunyi sejarah di Palampang yang kini menjadi ibukota Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Inspirasi bisnis dari sebuah pekarangan kosong di sudut Kota Bulukumba, hasil Rp200 ribu setiap hari
Pada suatu pagi yang mencekam pada tahun 1946 di Palampang. Matahari baru saja beranjak naik sepenggalah.
Daun-daun kelapa melambai ditiup angin. Saat itu musim kemarau sedang menyapa Palampang.
Sekitar empat puluhan tentara Belanda bersenjata lengkap berbaris menghadapi pemuda pejuang bertelanjang dada yang juga berjumlah sekitar empat puluhan orang.
Baca Juga: In memoriam Andi Sukri Sappewali, TSY: 'Beliau tidak gentar untuk mengabdikan dirinya di Bulukumba'
Para pemuda pejuang itu juga berbaris tetapi dengan mata tertutup kain.