lindungi kebodohan
pintu kematian
… ”
(SBDK, hal.13-14)
Puisi gelap sering juga disebut puisi kamar karena diksi-diksi yang digunakan terlalu bersifat individual. Dengan kata lain, hanya Tuhan dan pemilik puisi yang mampu mengerti maknanya. Umumnya puisi gelap menjadi penanda lemahnya penyair mengeksploitasi unsur-unsur puitik secara baik, benar dan tepat.
Puisi Prismatis. Puisi prismatis, umumnya banyak ditulis oleh penyair yang sudah memiliki bahasa sendiri. Ciri puisi yang bersifat prismatis, kaya dengan bahasa figuratif,.
Pemilihan diksi, pengimajinasian, dan penggunaan kata konkret terpelihara cukup baik. Penggunaan simbol-simbol bahasa pun bersifat universal, mudah ditelisik melalui berbagai teori dan mengandung nilai-nilai perenungan batin.
Dalam buku antologi SBDK, beberapa puisi yang nyaris utuh bersifat prismatis dapat dilihat pada judul “Satu Kata: Lawan !” (Muhammad Amir Jaya, Makassar, hal.80), “Kata Ibu” (Muhammad Ferdhiyadi N, Makassar, hal. 85), dan “Mati Bagi Kamu” (Suradi Yasil, Makassar, hal. 99).
Sebagai contoh prismatis, kita ikuti puisi berjudul “Mati Bagi Kamu”, karya Suradi Yasil:
Mati Bagi Kamu