Menyingkap kembali kebrutalan PKI di sudut kelam sejarah dan politik Indonesia

- 29 Mei 2023, 15:22 WIB
DN Aidit dalam kampanye PKI pada Pemilu 1955.
DN Aidit dalam kampanye PKI pada Pemilu 1955. /Dok. Arsip Nasional RI

John Roosa menuliskan, mengendarai puncak kekerasan massal, Suharto menyalahkan Partai Komunis Indonesia sebagai dalang gerakan tersebut dan menggunakan keadaan darurat sebagai dalih untuk secara bertahap mengikis kekuasaan Presiden Sukarno dan menempatkan dirinya sebagai penguasa.

Baca Juga: Misteri peradaban maju Tartarian yang hilang! Bangsa raksasa berteknologi canggih yang melampaui zaman modern?

Salah satu yang masih menjadi perdebatan tentu saja adalah bagian yang menyebutkan bahwa suharto memenjarakan dan membunuh ratusan ribu orang yang diduga komunis selama setahun berikutnya.

John Roosa menyebutkan, Suharto mengubah peristiwa 1 Oktober 1965 menjadi peristiwa sentral Indonesia modern.

Dari pendekatan yangberbeda, buku "Sastra dan Politik - representasi tragedi 1965 dalam negara Orde Baru" yang ditulis oleh Yoseph Yapi dan diterbitkan Sanata Dharma University Press Taum pada 2015 , memperlihatkan ketegangan dan dinamika hubungan antara sastra dan politik melalui kajian yang cermat terhadap representasi tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru

Baca Juga: Lingkaran misteri Atlantis di antara mitos dan sains

Keganasan PKI Sebelum Gestapu

Pada tahun 1948, di Kabupaten Magetan, Jawa Timur juga terjadi pembantaian pejuang, ulama, dan tokoh masyarakat oleh orang-orang PKI. Salah satu yang menjadi incaran PKI adalah Pondok Pesantren Cokrokoptopati Ibnu Sabil Takeran, Magetan.

Pesantren Ibnu Sabil Takeran dikenal sebagai basis Partai Masyumi. Di sana pula para tokoh-tokoh Masyumi, para ulama besar dan kaum santri biasa berkumpul.

Semua tragedi itu kini dapat disaksikan melalui Monumen Soco yang terletak di Desa Soco, Kecamatan Bendo, Magetan. Monumen itu menjadi simbol sejarah kebrutalan PKI terhadap warga Magetan. Tepat di bawah monumen itulah, dulunya mayat-mayat korban pembantaian PKI dari kalangan ulama dan santri dibuang.

PKI menciduk para ulama untuk kemudian dibunuh. Misalnya saja dengan membujuk, merayu hingga menangkap mengatasnamakan pemerintah. Ulama yang terciduk itu kemudian digiring ke sebuah sumur hingga kemudian dihabisi nyawanya.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x