Menyingkap kembali kebrutalan PKI di sudut kelam sejarah dan politik Indonesia

- 29 Mei 2023, 15:22 WIB
DN Aidit dalam kampanye PKI pada Pemilu 1955.
DN Aidit dalam kampanye PKI pada Pemilu 1955. /Dok. Arsip Nasional RI

Baca Juga: Wajib tahu! Inilah ciri-ciri fisik dan tanda-tanda kemunculan Imam Mahdi

Akhyar menyebutkan bahwa saat itu PKI telah menguasai seluruh wilayah Kediri, termasuk pejabat pemerintahan, kepolisian, dan tentara yang dikuasai oleh simpatisan PKI. Di Desa Kanigoro sendiri, perbandingan antara kelompok santri seperti Akhyar dengan kelompok PKI adalah 1:25.

"Tragedi Kanigoro terjadi saat PKI sedang aktif menghabisi anggota Masyumi. Mereka melihat PII sebagai bagian dari Masyumi," urainya.

Setelah Gerakan 30 September 1965 terjadi, masyarakat Kediri berhasil melakukan serangan balik dengan melawan pengikut PKI. Desa Kanigoro menjadi tempat pembantaian anggota PKI, dan jasad mereka dikuburkan dalam sebuah galian besar yang kini dikenal sebagai Makam Parik oleh warga setempat.

Salah satu lembaran fakta sejarah suram Indonesia berada dii kegelapan politik Orde Lama saat Partai Komunis Indonesia (PKI) masih menjadi parpol resmi yang diakui rezim Sukarno.

Baca Juga: Menuju Armageddon: Buya Arrazy ungkap sosok Imam Mahdi sudah ada di tengah-tengah kita!

Gerakan 30 September 1965

 

Dalam buku "The September 30th Movement and Suharto's Coup D'Etat in Indonesia"  yang ditulis oleh John Roosa 2006 University of Wisconsin Press, diuraikan detil  dengan pendekatan berbeda, bahwa pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, kelompok yang menamakan dirinya Gerakan 30 September menculik dan mengeksekusi enam jenderal Angkatan Darat Indonesia, termasuk panglima tertingginya.

Buku itu menguraikan, klompok tersebut mengklaim bahwa mereka mencoba untuk mencegah kudeta, tetapi dengan cepat dikalahkan karena jenderal senior yang masih hidup, Haji Mohammad Suharto, mengusir para partisan G-30-S dari Jakarta.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x