Prof Dr Mattulada cendekiawan dan tokoh sastra nasional dari Bulukumba dengan karya-karya yang mendunia

- 4 Mei 2022, 08:00 WIB
Prof Dr Mattulada
Prof Dr Mattulada / identitasunhas.com

 Berhari-hari sebelum La Tippa datang, tutur mantan Rektor Universitas Tadulako (1981 1990) dan Ketua Senat Guru Besar Unhas ini, satu persatu pejuang Indonesia "dijemput" oleh tentara NICA dan tidak kembali lagi.

Baca Juga: Refleksi Sumpah Pemuda dan perjuangan Andi Sultan Daeng Radja, Pahlawan Nasional Indonesia dari Bulukumba

"Saya resah menunggu giliran dihabisi Westerling. Saya hanya bisa berdoa," kenang Mattulada. Untunglah tanggal 7 Januari 1947, datang La Tippa, yang dikenal baik Mattulada. Ia dibebaskan dan dibawa ke Makassar. Hanya, dasar pejuang, begitu bebas, Mattulada -- lepasan SMP Nasional, sekolah yang banyak menelorkan pejuang termasuk Robert Wolter Monginsidi-- memanggul senjata lagi melawan Belanda. Rekannya se-SMP Nasional, Wolter Monginsidi, dihukum mati Belanda dalam proses peradilan cepat.

Merunut kembali sejarah, Mattulada mengatakan, siapapun yang menjadi pejuang waktu itu pasti ridho merelakan nyawanya bagi Ibu Pertiwi. Ia mengakui, yang memompa semangatnya dan memberi inspirasi sikap kejuangan banyak orang tak pelak lagi adalah Bung Karno, dengan pidatonya yang berapi-api di lapangan Hasanuddin tahun 1944. Pemimpin besar itulah yang selalu menyemangati para pejuang agar pantang menyerah dan menggantungkan cita-cita setinggi langit.

Semangat, inovatif dan jiwa kejuangan ditopang kecerdasan, merupakan ciri khas Mattulada. Sesudah gemuruh perjuangan melawan Belanda mereda, ia kembali ke sekolah dengan aktif di dinas sekuriti (PAM) Kepolisian RI. Tahun 1956, setelah memperoleh akte B1 ilmu hukum ia menjadi guru SMA.

Baca Juga: Hari Dokter Nasional dari pojok sejarah perjuangan melawan kolonialisme

Tahu bahwa Mattulada berlatar belakang sebagai tentara pelajar dan TNI, maka kepala sekolah waktu itu, Pangkerego, menugaskan Mattulada "mengamankan" anak-anak sekolah menaruh pistol di meja belajarnya atau mengamankan senjata selagi guru sedang mengajar. Mattulada sukses mengstabilkan sekolah. Ia pun dipercaya menjadi kepala sekolah pertama SMA III selama lima tahun, 1956-1961, lalu kepala SMA Negeri 1 1961-1966.

Mattulada adalah salah satu sosok penting di balik berdirinya Universitas Hasanuddin. Dialah yang termasuk dibawa Oom No (Arnold Mononutu) menghadap Presiden RI mendesak berdirinya sebuah PTN di Makassar. Namun karena waktu itu Bung Karno sedang ke Sumatera, maka ia hanya bisa bertemu Mohammad Hatta (Wakil Presiden waktu itu). Hatta pun mengatakan pemerintah telah memikirkan mendirikan sebuah PTN di Makassar, ia menuturkan kepada Gubernur Sulsel (waktu itu) Andi Pangerang Petta Rani bahwa Hatta telah menyalakan lampu hijau.

Maka di awal tahun 1956  tatkala Mendikbud (waktu itu) Bahder Djohan berkunjung ke Makassar, Mattulada dan kawan-kawannya melakukan aksi. Mobil yang ditumpangi Bahder dan beberapa tokoh pendidikan Sulsel, "dihentikan" Mattulada dan kawan-kawan di Tamalanrea (kini menjadi kampus baru Unhas).

Baca Juga: Menelusuri Kajang dari pojok sejarah dan geografi

Halaman:

Editor: Nurfathana S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah