"Dengan lain kata, gemintang dan planet-planet yang tak terhitung jumlahnya tak semuanya ditelantarkan. Tapi, seperti bumi, banyak di antaranya yang ditinggali," tulis Maududi.
Ia mendasari pendapat itu dengan mengutip Ibnu Abbas, salah satu sahabat Nabi Muhammad dan salah satu penafsir awal Alquran.
Maududi mengutip kisah yang jamak diriwayatkan ulama-ulama terdahulu bahwa Ibnu Abbas mulanya enggan menyampaikan tafsir terhadap ayat tersebut karena khawatir keimanan umat Islam bakal terguncang.
Meskipun begitu, tulis Maududi, para penafsir klasik seperti Ibnu Jaarir Atthabari, Ibnu Abi Hatim Arrazi, dan Imam Baihaqi, juga mengutip keterangan tambahan dari Ibnu Abbas.
"Dalam tiap-tiap bumi tersebut, terdapat rasul seperti Rasul kalian, Adam seperti Adam kalian, Nuh seperti Nuh kalian, Ibrahim seperti Ibrahim kalian, dan Isa seperti Isa kalian," bunyi kutipan tersebut.
Sejumlah penafsir Alquran lain meragukan kutipan itu dan menegaskan bahwa semisal benar kutipan itu datang dari Ibnu Abbas, sumbernya bisa jadi dari tradisi Israiliyat.
Namun, kata Maududi, keberatan-keberatan tersebut lebih didasari belum lengkapnya ilmu pengetahuan pada masa-masa terdahulu.
Maududi kemudian mengutip ahli tafsir abad ke-19 Mahmud Alalusi yang mengatakan "tak ada halangan intelektual maupun religius untuk mengambilnya (komentar Ibnu Abbas) sebagai kebenaran. Ia hanya berarti bahwa di tiap-tiap bumi, ada makhluk-makhluk yang menelusuri leluhur mereka seperti manusia menelusuri asal mulanya pada Adam."***