Hari Dokter Nasional dari pojok sejarah perjuangan melawan kolonialisme

- 24 Oktober 2021, 15:42 WIB
Ilustrasi dokter bedah.
Ilustrasi dokter bedah. /Pixabay/12019/

Pada 9 Agustus 1945, Radjiman pun membawa Bung Karno, dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagsaki.

Dr. Radjiman Wedyodiningrat juga pernah menjadi ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), ia mempertanyakan tentang dasar negara Indonesia yang diuraikan Bung Karno tentang Pancasila.

Pada 20 September 1952, dr. Radjiman Wedyodiningrat menghembuskan napas terakhirnya di Ngawi, dan di makamkan di Desa Mlati, Yogyakarta, berdekatan dengan dr. Wahidin Soedirohusodo.

3. Sutomo

Dr. Sutomo lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, 30 Juli 1888 dengan nama asli Subroto. Ketika belajar di STOVIA Jakarta, bersama rekan-rekannya mendirikan organisasi Budi Utomo, atas gagasan dr. Wahidin Soedirohusodo.

Tujuan perkumpulan ini adalah untuk memajukan bangsa dan nusa ditingkat pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, teknik dan industri, kebudayaan, dan mempertinggi cita-cita kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang terhormat.

Sutomo pada 1911 lulus dari STOVIA, dan bertugas sebagai dokter di Semarang. Kemudian ia dipindah tugas ke Tuban, Lubuk Pakam, dan akhirnya ke Malang. Di sana ia membasmi wabah pes.

Pada 1919, ia memperoleh kesempatan untuk memperdalam pengetahuan di Belanda. Sekembalinya ke Tanah Air, dokter Sutomo melihat kelemahan yang ada di organisasi yang didirikannya.

Ia pun giat mengusahakan agar Budi Utomo bergerak di bidang politik, dan keanggotaannya terbuka untuk seluruh rakyat.

Selain bergerak di bidang politik, dan kedokteran, dr. Sutomo juga aktif di bidang kewartawanan. Pada usia 50 tahun, tepatnya 30 Mei 1938, Sutomo menghembuskan napas terakhirnya di Surabaya.

Halaman:

Editor: Alfian Nawawi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah